Keinginan dan Kenyataan, Belum Tentu Sejalan – Curhat Bagian 1

Pernahkan merasa ingin mendapatkan sesuatu, tapi yang diinginkan tak kunjung didapat? Saya pernah. Dan saya yakin, banyak orang yang juga merasakannya. Kuliah dijurusan yang diinginkan, pekerjaan, jodoh dan masih banyak lagi. Saat itu, tentu saya bertanya-tanya. Namun setelah dilewati, ternyata ada rencana indah dibalik itu semua.

Tahun 2007, menjelang kelulusan SMA, saya masih belum memutuskan melanjutkan kuliah di mana dan jurusan apa. Karena pernah mengerjakan Mading sekolah, saya ingin sekali menjadi seorang wartawan. Tapi, di sisi lain saya juga ingin menjadi psikolog. Mendengarkan orang lain dan mencoba memahami berbagai karakter, terlihat menyenangkan. Karena itu, saya mencoba menyuarakan keinginan untuk kuliah dijurusan psikologi di Jogjakarta. Saya yang anak rumahan dan selalu dilarang kemana-mana tentu menginginkan kebebasan. Lagi pula, sahabat saya dari kecil juga akan berkuliah di sana. Orangtuanya pun sering bolak balik Jogja Balikpapan. Orangtua saya harusnya tidak khawatir. Itu pikir saya kala itu

Sayangnya, izin kuliah di luar pulau tidak juga diberikan. Sayapun meminta izin untuk kuliah di ibukota propinsi saja. Jurusannya masih sama. Tapi dengan cadangan kuliah di jurusan komunikasi. Dengan harapan selepas kuliah bisa bekerja di media. Menjadi wartawan, seperti yang saya inginkan. Lagi-lagi keinginan saya tidak dikabulkan.

Tidak punya tujuan yang jelas membuat saya jadi plin plan. Ketika sahabat mengajak untuk mendaftar ke universitas dalam kota, saya selalu ikut mendaftar. Di ajak ikut tes kebidanan pun saya ikut. Anehnya, saat akan tes kebidanan bapak malah mendoakan saya tidak lulus 😅😅. Padahal kakak pertama saya adalah seorang bidan, sepupu dari keluarga ibu pun banyak yang menjadi tenaga kesehatan. Buat saya, itu aneh. Bapak yang bertahun-tahun sakit, seharusnya mengizinkan saya kecemplung di dunia medis.

Doa bapak pun dikabulkan Allah. Saya tidak lulus tes kebidanan. Sahabat saya tidak langsung mundur, dia mengikuti tes kebidanan sekolah baru dalam kota. Saya? Masih hilang arah dan tujuan 😂😂

Suatu hari, Pak Tarman, guru komputer SMA bertanya saya akan melanjutkan sekolah di mana. Sayapun berkeluh kesah. Keinginan tidak mendapatkan restu. “Bagaimana kalau kuliah mengambil jurusan komputer saja. Cari pekerjaan juga lebih mudah. Bisa masuk ke perusahaan apa saja. Kalau mau jadi ibu rumah tangga pun nanti, pasti juga akan berguna. Anakmu nanti pasti akan menggunakan komputer. Dan kamu, jadi orang pertama yang akan dia tanyai,” saran pak Tarman.

Hmmmmm, ada benarnya juga sih. Dan begitu saya ajukan ke bapak soal jurusan yang akan saya pilih, bapak langsung menyetujui. “Oh, bagus itu. Yang penting kuliahnya dari hati. Jadi menjalaninya juga happy,” kata Bapak.

😶🙄😐🙃

Happy??? Baiklah. Saya coba memantapkan hati.

**Bersambung……….

Tinggalkan komentar