Anak GTM? Tarik Nafas Dulu Ya Bu

image1
Buku MPASI rekomendasi AIMI ASI. Dalam buku ini terdapat resep-resep menu keluarga. Sehingga tidak hanya orang dewasa, balita dan bayi pun tetap bisa menikmati menu yang sama.

Ibu yang sedang memberikan MPASI pada bayinya tentu pernah mengalami banyak ke khawatiran. Menu apa yang harus diberikan? Tekstur? Frekuensi? Bagaimana kalau ternyata anak menolak makan? Dan masih banyak lagi.

Beruntung hal-hal seperti saya sebutkan sebelumnya sudah sering saya dengar dari banyak ibu di grup. Pengalaman mereka menjadi catatan penting buat saya, ketika suatu hari saya menghadapinya.

Waktu di awal-awal MPASI saya sempat berpikir harus memberikan menu apa. Ah, untung saja, pikiran itu tidak lama. Saya mengikuti konsep MPASI dari menu keluarga yang diajarkan lewat AIMI Kaltim. Apa yang saya makan, ya akan saya berikan juga ke Cinta. Apa yang ada di lemari es, itulah yang akan saya olah. Ketika suami ingin menu “istimewa”, seperti Ayam rica-rica, saya tinggal menambahkan sayur mayur yang ada.

Perjalanan MPASI terasa menyenangkan. Karena saya tidak kerepotan sama sekali. Kecuaaliiiiiiii, saat suami di luar kota, tidak ada yang bisa menemani Cinta sebentar. Bukan tidak mau mengajak Cinta ke dapur, hanya saja sekarang belum saatnya ia bermain-main di dapur.

Banyak keuntungan mempersiapkan MPASI dengan menu keluarga. Pertama mudah dalam mempersiapkan MPASI, karena tidak perlu kerja dua kali dalam mempersiapkan bumbu dapur. Selama MPASI pun, sebisa mungkin saya mengajak Cinta makan bersama dengan anggota keluarga. Dengan begini, ia akan menikmati makan dan juga ikut banyak makan (apalagi kalau yang dilihat gragas ). Jika diperhatikan, Cinta suka makan bersama –sama di rumah. Beberapa kali berkegiatan di luar, Cinta tidak bergitu tertarik makan. Apalagi jika makan sendiri. Sebisa mungkin saya tidak memaksa Cinta untuk menghabiskan makanannya. Jika sudah kenyang akhiri. Meski makananya masih ada. Kalau yang dimakan terlalu sedikit, biasanya saya coba menawarkan lagi beberapa jam kemudian.

Kemudahan saya dalam menjalani MPASI tiba-tiba hilang.

Cinta tiba-tiba menolak makanan dan tidak mau membuka mulutnya. Malahan dia sempat memuntahkan makanan yang berhasil saya suapi. Saya pikir karena saat itu dia sedang flu sehabis berenang. Mungkin tidak enak badan. Jadi saya tidak melanjuti proses makannya. Tapi, saya terus  mencoba beberspa jam kemudian. Yang terjadi, tetaplah sama.

Keesokan hari, penolakan makanan makin besar. Cinta malah tidak mau membuka mulutnya sama sekali. Mamak pun mulai galau. Tarik nafaaaaaasssss. Hembuskaaaan. Ditengah kegalauan, nenek uti memberikan semangat. “Lagi gak enak badan de. Makanya gak mau makan. Gak usah bingung. Anaknya ibu dulu sampai dua tahun gak makan kok,” kata Ibu saya mencoba menyemangati. Antara mau tertawa dan miris dengan pernyataan ibu saya. Sekadar info, dulu saya tidak menjalani MPASI. Sampai usia dua tahun saya hanya diberi ASI tanpa tambahan apapun. Kenapa? Karena dulu ibu saya belum paham pentingnya MPASI. Saat mencoba menyuapi, saya bolak balik muntah. Ibu malah khawatir dan memutuskan tidak melanjutkan MPASI. Karena itulah berat badan saya saat kecil mengkhawatirkan.

Di pagi hari ketiga, Cinta masih tidak mau membuka mulutnya. Yaaaa, baru tiga hari saya mulai deg-degan. Lebay kan ya. *dilempar panci* Saat galau, saya mulai mencari cara lain. “Buatkan menu sendiri kali ya. Pakai hati ayam. Cinta selalu lahap kalau makan hati,” pikir saya. Saat saya makan siang, bayi tertarik dengan sendok yang saya gunakan. Saya sempat menyuapinya dengan sedikit nasi, dan dia memakannya. Kaget? Beberapa pertanyaan mulai muncul, jangan-jangan mau naik tekstur. Tapi kan masih 8 bulan 1 minggu. Siang harinya, saya pun ke pasar dan berniat mengolahnya di sore hari. Tapi apa daya, karena suami mendadak ke luar kota, hanya membeli hati yang bisa terlaksana. Ya, sudahlah. Akhirnya saya putuskan untuk memberikan MPASI yang saya olah tadi siang saja. Biasanya saat menyajikan MPASI saya menggunakan sendok khusus untuk bayi. Warnanya beraneka ragam. Sore ini saya sengaja menggunakan sendok teh. Kenapa? Karena saat siang dia tertarik dengan sendok makan saya.

Dengan tekad bulat dan hati yang lapang, saya mulai menyuapi. Daaaaannnn…. Cintapun makan dengan lahap. Mudah sekali rasanya memberikan kebahagiaan pada saya. Hahahaah. Mungkin ibu-ibu di luar sana, banyak yang jungkin balik menghadapi GTM anaknya. Syukur Alhamdulillah, saya diberikan ujian yang seperti ini. Hanya dengan sendok teh Cinta bisa kembali makan dengan lahap. Bahagia? Jelas sekali. Tapi sekaligus agak gemes-gemes gimana gitu. Pasalnya saya baru saja membeli seperangkat alat makan buat Cinta. Ah, sudahlah. Pelajaran penting buat saya adalah menghadapi sesuatu dengan santai dan hati lapang. Boleh jadi Cinta merasakan kegalauan mamanya. Makanya dia jadi ogah-ogahan makan. Semoga MPASI selanjutnya berjalan lebih mulus lagi.

Tinggalkan komentar