“Kalau mengerjakan sesuatu itu, harus pakai hati. Jadi ikhlas ngejalaninnya. Gak ngarepin apa-apa. Hati riang, yang dikerjakan pun bisa selesai dengan baik,” itu pesan Bapak kepada saya sejak kecil.
Dan kenyataannya pesan itu cukup mendarah daging. Jika melakukan sesuatu dengan terpaksa, pekerjaan yang saya lakukan tidak akan berjalan dengan baik. Untuk pesan seperti itu, sebaiknya bapak cukup demokratis pada pilihan-pilihan anaknya. Namun sayangnya, bapak malah lebih otoriter.
Hingga suatu hari, saya mulai bekerja sebagai wartawan. Saya jatuh cinta pada dunia jurnalistik, apalagi sejak SMA saya bercita-cita menjadi wartawan. Tentu saja saya bekerja dengan 100% hati. Saking semangatnga saya sampai lupa waktu. Waktu dengan keluarga berkurang, kuliah pun terpaksa. Dan tiba-tiba bapak menanyakan gaji yang saya dapatkan. Tentu saja mengejutkan buat bapak. Rutinitasnya padat, tapi tidak sebanding dengan yang saya dapatkan.
Kesel!! Untuk pertama kalinya saya bisa melakukan sesuatu yang sukai. Tapi lagi-lagi dihalangi. Akhirnya saya mengembalikan pesan yang pernah bapak katakan. Tentu saja dengan bahasa yang santun. Akhirnya bapakpun luluh. Dia merelakan anaknya menghabiskan banyak waktu untuk bekerja. Saya sangat bersyukur bapak menerima keputusan itu. Penting bagi saya puas bekerja. Sehingga saya bisa mengambil keputusan, apakah tetap bekerja atau berhenti ketika menikah nanti.
Balik lagi ke pesan bapak, jika akan melakukan sesuatu tapi hati ragu saya memilih tidak melanjutkannya. Seperti halnya posting gendongan di Cinta Gendongan , gara-gara Hp rusak saya jadi ragu untuk posting. Apalagi ada beberapa akun yang saya pegang. Khawatir salah posting. Dan itu sudah pernah terjadi. Tapi hari ini saya mendadak rajin. Gambar-gambar gendongan yang ready stock saya uploud. Yang mau lihat-lihat bisa langsung menluncur ke instagram @cintagendongan yaa. Siapa tau ada yang kecantol di hati yang baca. 🙂