Kita di Indonesia, dengan mudah menemukan banyak barang dengan kualitas premium, semi premium, dan lain-lain. Mulai dari tas, sepatu baju, alat rumah tangga dan masih banyak lagi.
Sumber: @eradotidSayapun, sedikit lebih paham dan menghindari untuk memiliki sesuatu yang mirip dengan asli alias KW. Saya, berusaha menghargai pencetus atau produsen asli. Kalau belum mampu, ya tidak usah memaksakan diri untuk membeli KW hanya karena gengsi.
Salah seorang senior di tempat saya bekerja dulu pernah mengatakan “De, sebisa mungkin jauhi barang-barang KW. Kenapa? Kita kalau liputan kan ketemu sosialita. Mereka tau banget barang asli sama KW. Jadi jangan bikin malu diri sendiri dengan pakai barang-barang KW. Gk apa-apa pake shopie martin, yang penting asli,” tegasnya. Sejak saat itu, saya menghindari membeli barang KW.
Apalagi belakangan ini, saya juga aktif di komunitas menggendong. Di sana, saya makin sadar pentingnya memiliki barang-barang original.
Tapi, pengguna barang-barang KW tidak sepenuhnya salah lho. Bukan, saya bukan membela yang tidak baik. Bisa saja, mereka tidak tahu kalau barang yang mereka miliki itu KW.
Saya punya banyak pengalaman seputar barang KW. Misalnya, saat masih kecil dulu. Sepatu dan sendal merk Carvil sedang naik daun. Saat itu, ibu dan saya tergoda membelinya di plaza kebun sayur (dulu dikenal dengan nama Lucky). Saat itu menjelang Lebaran. Jadi ramai dan sumpek. Setelah negosiasi lama, akhirnya kami membawa pulang sepasang sendal gunung calvil. Sampai rumah, segeralah saya pamer sama embah dan mbak.
Mungkin hukuman buat saya juga karena pamer-pamer. Ketika saya tunjukkan ke bapak, reaksinya malah “Lho, kok tulisannya Carval?” 😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱
Ibu langsung melotot merebut sendalnya. Seteah dilihat dengan teliti, ternyata memang tulisannya Carval. Yaa, sepatu sendal yang dibeli ternyata palsu. Palsu yang sangat jelas 🤣😂🤣😂.