Berat Badan Bikin Galau

Selama terjun di dunia mamak-mamak, ada banyak hal sensitif yang jangan coba-coba dibahas. Senggol dikit, bisa pecah susu sebelanga. 🄺🄺

Sebenarnya bukan tidak boleh dibahas, hanya saja hal sensitif ini sering bikin mamak-mamak makin stress.

Soal apakah itu?

Jeng.. jeng..

Salahsatunya soal berat badan. Entah itu berat badan si mamak, atau anaknya. Kalau mamak-mamak sih penginnya berat badan berkurang yaa. Nambah seons aja, udah bikin mood berantakan. Sebaliknya, kalau berat badan anak yang stuck atau berkurang, moodnya makin berantakan. Belum lagi kalau dibanding-bandingkan dengan sepupu, tetangga atau anak-anak lainnya. šŸ˜”šŸ˜­šŸ˜”šŸ˜­šŸ˜”šŸ˜­šŸ˜”

Saya termasuk mamak-mamak yang “mencoba” santai dalam perjalanan pengasuhan. Beruntungnya, suami dan ibu saya (kebetulan kami masih menumpang di rumah ibu) juga sama. Panik sesekali. Tapi tetap berusaha untuk tenang. Gimana coba?

Contohnya nih, waktu awal-awal Cinta menyusui, saya pernah merasakan ketidak nyamanan menyusui. Alhamdulillah, saya sudah berbekal lebih dulu. Jadi ketika rasa tidak nyaman muncul, saya coba memperbaiki pelekatan. Masih tidak nyaman? Lanjut konsultasi dengan konselor menyusui.

Saat awal MPASI, Cinta sempat GTM. Untunglah, ibu saya menggunakan jurus jitu “Santai saja, kalau lapar kan manti buka mulut. Tawari saja terus”. Meski agak dag dig dug, syukurlah GTM tidak berlangsung lama.

Nah, ternyata -seperti kebanyakan mamak-mamak- saya juga melewati fase galau berat badan. Ya berat badan sendiri dan berat badan anak 🤣.

Sudah dua bulan ini, Berat badan Cinta tidak bergerak. Dacin yang saya gunakan di posyandu, bahkan tidak mau bergeser ke garis yang lebih besar. Semoga gak bergesar turun juga sih. Awalnya saya selow aja. Karena cinta tetap aktif, makan tetap banyak. Tidak menunjukkan sesuatu yang mengkhawatirkan. Tapi tiba-tiba saya teringat seorang teman di gendongan yang juga seorang dokter mengatakan, kalau berat badan anak tidak bergerak naik. Konsultasikan saja. Meski anak terlihat sehat dan ceria. Terkadang ada hal-hal yang harus dievaluasi lebih jauh.

Ya sih. Bener juga. Saya bukan anti dokter, tapi tidak ada salahnya berkonsultasi. Tapiiiii, sebelum berkonsultasi ke dokter, saya memilih menghubungi seorang sahabat, mbak Riana, pengurus FormASI Balikpapan yang seorang konselor menyusui dan ahli gizi. Pertanyaan saya saat itu bukan konsultasi, karena kami tidak bertatap muka. Pertanyaan saya adalah Sebaiknya ditahap pertama, saya konsultasikan ke ahli gizi di puskesmas atau langsung ke dokter anak. Mbak Riana meminta data-data Cinta, iapun menghitungnya, kebetulan saat saya chat mbak Riana masih jam kerja.

Alhamdulillah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua masih normal. Mbak Riana hanya menyarankan saya untuk memperbanyak konsumsi protein hewani. Untuk mengejar tinggi badannya lagi.

Fiuuhhh, antara lega dan tidak. Tapi dari konsultasi tingkat awal ini, saya jadi lebih waspada. Sayapun diingatkan untuk tetap menyajikan makanan yang sehat dan bergizi.

Sungguh, menjadi ibu itu pelajaran seumur hidup yang luar biasa menyenangkan.

Tinggalkan komentar