Mengurangi Barang = Mengurangi Beban di Hati

Seberapa sering Anda Merapikan barang di rumah? Pasti sering kan (tutup muka pake wajan😌).

Saya, tidak termasuk orang yang rajin bersih-bersih. Tapi, saya sering gk mood kalau melihat sesuatu berantakan. Ya, meski moodnya gk hancur-hancur banget. Tapi saya suka gemes aja.

Membersihkan, merapikan rumah dan memindah perabotan membantu saya mengatasi kebosanan. Iya, bosan. Apalagi, saya, ibu dan suami punya karakter yang sama, suka nimbun barang šŸ˜‘. Hanya saja, suami jarang sekali belanja. Berbeda dengan saya dan ibu šŸ™ˆ.

Semenjak kepergian bapak, saya dan ibu bertekad untuk lebih selektif memilih barang yang ikut tinggal di rumah kami. Salah satu pembenaran yang kami lakukan dalam penimbunan barang adalah bapak yang hapal sekali dengan barang-barangnya. Dan sesekali waktu suka mencari.

Maka, kami memulai dengan membersihkan barang-barang bapak. Mulai dari koleksi Radio (yang kami titipkan ke temab bapak untuk di jual), pakaian dan buku-buku. Hasilnya, rumah kami yang mungil terasa lebih melegakan.

Beres-beres ini, tidak kami target. Jadi saat punya waktu luang cukup banyak, kami cicil. Beberapa hari lalu, saya kembali menyortir lemari pakaian. Setelah sebelumnya sudah di sortir. Saya masih merasa pakaian terlalu banyak di lemari. Setelah dipilih-pilih, ada banyak yang bisa saya hibahkan ke orang lain.

Beberapa hari berikutnya, rak buku yang saya jadikan target. Kalau dulu rak hanya satu. Sekarang saya punya rak buku yang cukup besar. Isinya buku saya, bapak dan Cinta. Ternyata ada beberapa novel yang bisa di donasikan. Dan alhamdulillah, saya mendapatkan kontak seseorang yang mau menerima donasi buku ini. Yups, mbaknya punya misi sosial juga soal buku. Jadi, pas rasanya.

Nah, pekan ini setelah pulang dari pasar dan ngerasa sumpek di pasar. Iya sumpek. Karena pasar dua kali lipat lebih ramai kalau di akhir pekan. Saya memutuskan masak yang simple. Di pasar hanya membeli telur dan hati. Sisanya memanfaatkan isi kulkas.

Daaaaan saat membuka kulkas, saya kembali cemberut. Ini kulkas kenapa kayak saya sih, penuh sesak! Huuhhh. Jadilah saya keluarkan semua isi kulkas, sambil dipilah-pilah mana makanan dan bahannya yang memang masih layak dan saya butuhkan. Jangan-jangan sudah expired karena terlalu lama tidak diperhatikan šŸ˜‘.

Ya, saya masih sering mengandalkan ibu soal memilih makanan. Karena terkadang ibu yang suka sayangan 😌.

Setelah membersihkan isi kulkas, hati saya lega. Saya merasa bahagia. Ternyata benar, beres-berea membantu kita menjadi bahagia. Lebih lega. Sayangnya, saat saya menulis kelegaan saya hari ini, baru disadari kenapa tidak ada foto sebelum dan sesudah kulkas dibersihkan. Padahal, bisa jadi perbandingan yang luar biasa baik. Hahahah

Tinggalkan komentar