Game Level 2 Hari 6 : Melatih Kemandirian, Setengah-setengah

Salahsatu kebahagian saya adalah Cinta bisa tidur cepat dan bangun lebih pagi. Kejadian langka, yang sedang kami biasakan.

Cinta susah tidur siang jika rumah dalam keadaan ramai. Sedang keponakan-keponakan saya, tidak bisa diprediksi kedatangannya.

Rasanya pengin “mengusir” mereka kalau datang. 😹😹😹😹

Lanjutkan membaca “Game Level 2 Hari 6 : Melatih Kemandirian, Setengah-setengah”

Game Level 2, Hari 5 : Melatih Kemandirian, Mencari Penyebabnya

Aku anak mandiri, bisa mandi sendiri, tak lupa gosok gigi dan tidur sendiri 

Aku senang belajar biar rajin dan pintar, makan sehat bergizi aku percaya diri 

Ayah Bundaku bangga, selalu bantu sesama

Bersama kawan semua, ku selalu ceria 

Senin, selasa dan rabu, kami jumat dan sabtu 

Bertemu hari minggu aku bahagia selalu

Lagu ini selama menjalani tantangan level 2, jadi lebih sering saya nyanyikan. Maksud hati untuk mengiramakan hari-hari Cinta yang sedang belajar mandiri. Jika ditunjukan dengan kurva, tantangan yang kami lalui masih naik turun.

41e7aec3-49bc-4e57-bd07-098ff8c4c3d7 (1)

Lanjutkan membaca “Game Level 2, Hari 5 : Melatih Kemandirian, Mencari Penyebabnya”

Game Level 2, Hari 4 : Melatih Kemandirian – Masih Belum Konsisten

Tampaknya, sarapan pagi dengan sereal belakangan ini jadi favorit Cinta. 🤔

Ia cukup sering meminta sarapan serealZ apalagi kalau ada teman sarapannya. Hmmmm.

Lanjutkan membaca “Game Level 2, Hari 4 : Melatih Kemandirian – Masih Belum Konsisten”

Game Level 2, Hari 3 : Melatih Kemandirian, Makan di Luar

Hari ini, sungguh menggembirakan buat saya. Tantangn pekan ini yang saya pilih, melatih makan sendiri, tentu tidak hanya sekali di lakukan. Minimal 3 kali. Belum termasuk selingannya.

Semakin sering latihan, maka akan semakin baik kan. Apalagi jika berjalan mulus, ketika adik lahir Cinta bisa lebih mandiri.

Lanjutkan membaca “Game Level 2, Hari 3 : Melatih Kemandirian, Makan di Luar”

Game Level 2, Hari 2 : Melatih Kemandirian – Suapin Aja Deh !

Pagi ini, saya beraktivitas dengan mata berat. Masih ngantuk kakak 😌. Karena semalam tidur tidak nyenyak dan Cinta kembali tidur larut😶.

Meski masih mengantuk, aktivitas harian tetap harus berjalan. Selain ngantuk, saya dan Cinta juga terkena batuk pilek. Jadilah, menu siang hari ini kami masak yang sangat-sangat sederhana. Sayur bening, dengan lauk ikan layang dan tempe goreng plus sambal.

Lanjutkan membaca “Game Level 2, Hari 2 : Melatih Kemandirian – Suapin Aja Deh !”

Game Level 2, Hari 1: Melatih Kemandirian – Mencoba Makan Sendiri

Anak usia dua tahun dilatih mandiri? Duh, bisa apa sih mereka? Boleh jadi, itu suara-suara ajaib yang mungkin saja terdengar. Atau sebenarnya orangtuanya saja yang pesimis dan tidak mau memberikan kesempatan. Ataaaauuuuuuu, ada suara-suara yang kerap menjatuhkan semangat si ibu. “Berhamburan tuh”, “Suapin aja deh, biar bisa menyelesaikan pekerjaan yang lain” daaaaaaan masih banyak lagi.

Di game level 2 kali ini, kami diajak untuk peka melatih kemandirian anak. Pekan ini, saya memilih melatih kemandirian Cinta dalam hal makan sendiri.

Lanjutkan membaca “Game Level 2, Hari 1: Melatih Kemandirian – Mencoba Makan Sendiri”

HEE ndi Komunikasi Produktif

Alhamdulillah, masya allah. Hari ini bahagia luar biasa. Setelah melewati tantangan Komunikasi Produktif, saya dan teman-teman sekelas di Bunda Sayang Bacth 5 Kalimantan 2, hari ini gak cuma sayang-sayangan alias jumat hangat. Tapi juga kebagian High Ending Energi.

Di akhir tantangan level 1 ini, kami perangkat kelas diminta untuk memberikan nama-nama yang menurut kami teladan, aktif, apresiatif, dan aliran rasanya terinspiratif.

Lanjutkan membaca “HEE ndi Komunikasi Produktif”

Aliran Rasa Game Level 1 Komunikasi Produktif

Sejak mengenal Ibu Profesional, saya selalu deg-degan. Ikut tidak ya? Mampukah saya? Pertanyan itu selalu saya tanyakan pada diri saya. Saya pun kerap curhat pada mbak Renny. Er, lebih tepatnya minta diyakinkan kalau saya mampu. Baik itu saat di kelas Matrikulasi ataupun di Bunda Sayang.

Alhamdulillah, di tantangan Level 1, saya mampu melewatinya. Saya berkomitment pada diri sendiri agar biseea melewati tantangan sampai 17 hari (dan tentu saya lanjutkan terus menerus).

Lanjutkan membaca “Aliran Rasa Game Level 1 Komunikasi Produktif”

Game Level 1 Hari 17 : Komunikasi Produktif – Main Hujan Yuk

Saya yakin, hampir semua anak-anak sangat menyukai bermain dengan air. Main hujan, boleh jadi salahsatu yang di nanti-nanti.

Waktu kecil, saya sih seperti itu. Sayangnya, ibu – bapak dulu selalu melarang saya bermain hujan. Hasilnya, saat remaja saya malah penasaran bagaimana rasanya mandi hujan. Jadi, jika saat mengendarain motor hujan, maka saya akan tetap memilih kehujanan.

Lanjutkan membaca “Game Level 1 Hari 17 : Komunikasi Produktif – Main Hujan Yuk”

Game Level 1 Hari 16 : Komunikasi Produktif – Terus Evaluasi

Memasuki hari ke 16 Komunikasi Produktif, saya masih merasa perlu belajar sangat keras. Meski baru enambelas hari, saya menyadari bahwa pengendalian diri saya sangat diperlukan, agar emosi bisa terjaga. Ya, saya rasa kunci dasar di komunikasi produktif ini adalah menjaga emosi.

Jika emosi kita stabil, maka kita bisa lebih sadar dan waras menghadapi hari.

Sejak kemarin, Cinta “lupa” nonton youtube. Yes! Saya, memang menyembunyikan tablet yang bisa di akses youtube. Menurut saya, Cinta memang belum masuk kategori kecanduan nonton youtube. Tapi, jika dibirkan bisa saj terjadi. Karena itu, saya perlahan-lahan menghilangkan keinginanya. Bagaimana caranya? Memperbanyak aktivitas bersama.

Tapiiiiii, usai kami makn siang. Nenek keluar kamar sambil menenteng smartphone. Seketika Cinta langsung berteriak. “Mau nonton youtube. Boleh yaaaa?? Lima menit aj kok. Cinta izin,” ujarnya.

Saya, papahnya dan neneknya kompak bilang tidak. Pecahlah tangisannya. Segera saya peluk Cinta. “Kesal ya, belum diizinkan nonton youtube,” ujar saya. “Kita main lempar bola yuk,” ajak saya.

Cinta awalnya menolak. Ia tetap menangis sambil memperhatikan saya menyiapkan permainan. Permainan sederhana sebenarnya 😅. Saya menggunakan dua buah keranjang sebagai ring bola. Saya contohkan. Namun Cinta tidak mau. Saat bola jatuh keluar dari keranjang, saya minta tolong Cinta untuk mengambil dan memasukkannya. Eh ternyata dia tertawa-tawa. Dia pun mengulangi lagi.

“Yeay, Cinta bisa memasukkan bola ke keranjang. Ayuk, kita main lagi. Ini bola warna apa ya,” ujar saya. Cintapun lupa pada tangisan sebelumnya.