Game Level 2, Hari 5 : Melatih Kemandirian, Mencari Penyebabnya

Aku anak mandiri, bisa mandi sendiri, tak lupa gosok gigi dan tidur sendiri 

Aku senang belajar biar rajin dan pintar, makan sehat bergizi aku percaya diri 

Ayah Bundaku bangga, selalu bantu sesama

Bersama kawan semua, ku selalu ceria 

Senin, selasa dan rabu, kami jumat dan sabtu 

Bertemu hari minggu aku bahagia selalu

Lagu ini selama menjalani tantangan level 2, jadi lebih sering saya nyanyikan. Maksud hati untuk mengiramakan hari-hari Cinta yang sedang belajar mandiri. Jika ditunjukan dengan kurva, tantangan yang kami lalui masih naik turun.

41e7aec3-49bc-4e57-bd07-098ff8c4c3d7 (1)

Seperti hari ini, di saat sarapan pagi (yang lagi-lagi sereal plus susu) ia berhasil menghabiskan dua mangkuk sereal. Di saat sarapan bersama ini kamipun sambil mengobrol. Tentang apa saja. Salahsatunya apa yang akan kami lakukan hari ini dan kemana saja.

Namun saat makan siang, Cinta kembali menolak jika makan sendiri. “Hari ini, kita makan pepes ikan lho, ada tempe dan tumis kangkung,” ujar saya sambil mengenalkan menu makan siang hari ini. “Cinta gak mau makan sendiri,” tolaknya. “Kenapa? Makan sendiri kan enak, bisa memilih mana yang mau dimakan duluan,” kata saya. Sayangnya, Cinta bersikukuh menolak.

Usai makan, saya mulai mengevaluasi tantangan saya siang ini. Apakah kalimat produkif yang saya ucapkan masih belum produktif. Atau menu masakannya kurang menggugah selera. Ataukah Cinta mau makan sendiri jika menunya berkuah. Jika saya ingat-ingat, makanan berkuah dan menggunakan sendok memang lebih banyak Cinta lakukan sendiri, ketimbang makan dengan tangan.

8035b53e-7080-4c9b-a393-22fcd26c53c3.jpg

Mungkin, tiga hari kedepan saya harus masak sayur berkuah agar lebih meyakinkan perasaan saya.

Tinggalkan komentar