Menghentikan Kecanduan Gadget pada Anak

Belum lama ini, di grup RT rumah saya dibagikan video seorang anak yang matanya diberi eyeshadow saat tidur. Tujuannya, agar saat anaknya bangun, ia terkejut melihat matanya yang menghitam. Dan saat itu, si ibu akan mengatakan bahwa itu akibat terlalu lama main handphone. Si anak tentu saja menangis terisak-isak ketakutan.

Tidak berapa lama, video tersebut juga saya lihat di Facebook. Beberapa orang yang berteman (tapi tidak kenal dekat) dengan saya membagikan postingan video tesebut. Banyak komentar yang berharap supaya mereka berhasil.

Nah, malam ini di grup RT saya kembali mendapatkan video serupa. Namun, dengan anak yang berbeda. Reaksinya sama, si anak ketakutan.

Tapi, menurut saya yang baru jadi ibu seumur jagung ini, melakukan hal tersebut tidak benar-benar membuat anak jera. Kenapa? Ya, jika suatu hari si anak tau dibohongi, selaintidak percaya lagi pada ibunya, ia akan kembali kecanduan gadget. Membuat anak lepsa dari gadegt memang tidak mudah. Tapi, kita sebagai orangtua mesti sadar, bahwa kitalah yang membuat anak kecanduan. Kita????? Iya, kita!!!!

Saya sempat merasakanya. Saat Ramadan lalu, saya memberikan kelonggaran Cinta menonton youtube untuk anak-anak dan tetap didampingi. Awalnya karena keponakan saya banyak menghabiskan waktu di rumah. Mereka yang terbiasa diberi kelulasaan menonton youtube, membuat Cinta penasaran. Ya, hingga usia 2 tahun, Cinta tidak pernah saya tontonkan kartun di tv. Ia hanya boleh video call atau sesekali menonton video dirinya saat kecil di handphone saya.

Yang tadinya hanya 10 menit, nambah jadi 15 menit dan nambah terus. Apalagi ketika si nenek berkata “udah biarin aja, dari pada nangis,” 😶😶😶😶😶

Agar ridak terlalu banyak menonton youtube, oleh papahnya Cinta diizinkan nonton kartun di tv yang ada siaran ulangnya. Alhasil, screen time pun jadi jauh melebihi batasnya. Padahal sebelumnya saya berhasil mengurangi screen time lewat buku dongeng soal pwnggunaan gadget.

Saya dan papahya sempat adu pendapat soal screen time. Saya yang merasa tidak apa-apa karena gadgetnya diberi waktu dan suami juga merasa tidka masalah karena tv layarnya cukup besar. Kami berdua sama-sama menyadari, sejak diberi kelonggaran screen time, Jam tidur Cinta berantakan, susah tidur dan akan menangis keras saat tidak diizinkan menonton youtube atau tv. Setelah cukup bersitegang, saya dan suami akhirnya sepakat untuk menghentikan screen time.

Caranya?

– Menyimpan gadget yang biasa digunakan untuk menonton

– Mengapus aplikasi youtube di gadget yang biasa digunakan untuk menonton (kalau di handphone saya memang tidak pernah)

– Mencabut kabel power tv.

– Meminta nenek untuk menyimpan gadget yang bisa digunakan Cinta.

– Meredupkan lampu kamar setelah magrib.

– Mengajak Cinta membaca buku di kamar mulai usai magrib

– Melarang sepupu dan keponakna menonton youtube di rumah.

Berntung, si nenek mau bekerjasama. Masalahnya, si nenek juga meras kerepotan. Karena ingn menonton youtube, tapi gadgetnta selalu dipinjam. Hahahah

Di hari pertama, memang agak berat. Karena Cinta menangis keras cukup lama. Saya biarkan saja. Ketika tenang, saya katakan bahwa Cinta tidak lagi saya izinkan menggunakan gadget atau menonton tv. Sesekali ia menangis karena ingin menonton. Bahkan merengek ingin menonton tv. Tapi, saa mencoba untuk konsisten. Hari pertama bisa kami lalui, Cinta bisa tidur lebih awal.

Hari kedua, masih sama. Hanya saja, rengekan dan tangisaanya suda berkurang. Dan di hari ketiga, kami bebas. Ketika Cints meminta nonton youtube dan ditolak, ia tidak lagi menangis, malah cuek saja sambil berlalu.

Karena itulah, saya yakin jika orangtuanya ingin, yakin dan tegas pada penggunaan gadget, maka anak tidak akan kecanduan. Banyak video yang membuat anak jadi bisa bernyanyi dan memperkaya kosakatanya, tapi jika berlebihan. Tentu tidak baik kan.

Jad menurut saya, dari pada membuat anak ketakutan dengan eyeshadow di matanya, kenapa tidak beri batasan. Butuhh waktu memang, tapi pendekatannya tsaaahhhh tent lebih selow.

Alhamdulillah, Cinta tidak lagi kecanduan seperti sebelumnya. Malahan, saat ini is kecanduan membaca buku. Sebentar-sebentar saya harus membacakan buku yang jumlahnya tidak sedikit. Tapi, tidak apalagi. Toh saya juga ikutan bahagia karena bisa membaca buku. Lelah membaca? Ya katakan saja, untuk jeda sejenak beristirahat. Anak bisa mengerti kok.

Jadi buat orangtua yang ingin anaknya lepas dari gadget. Yuk, kita sama-sama bercermin duku. Apakah kita bisa memberikan contoh? Apakah kita bisa konsiten dan tegas. Dan perbanyak sabar yaaaaa, karena semua butuh waktu.

Tinggalkan komentar