FormASI Balikpapan, Sahabat Pendukung Ibu Menyusui
“Anak kedua ini, harusnya sudah gak ada kendala menyusui!”
“Ah, males aja tuh nyusuin. Gak mau usaha!”
“Ih, putingnya datar gitu. Mana bisa nyusuin!”
Ada yang mau nambahin kalimat lain yang bikin ibu menyusui jatuh sejatuh-jatuhnya gak? Mungkin rasanya kayak didorong dari gedung tinggi, tapi saking tingginya gak jatuh-jatuh. Jadi paniknya makin menjadi. Mungkin! Soalnya saya gak pernah (dan gak mau) jatuh dari gedung tinggi. 😹😹😹
Padahal, udah sering dengar ya, kalau ibu selepas bersalin itu emosinya belum stabil. Yang dibutuhkan tentu saja dukungan dan perhatian dari keluarga dan lingkungannya. Apalagi babyblues dan depresi postpartum datang gak pake permisi, langsung aja datang menghampiri.
Basa-basi yang dianggap biasa, ternyata bisa membuat hati makin merana. Ya gak?
Btw, sebenarnya yang mau saya ceritakan kali ini adalah cerita menyusui Rangga. Cerita menyusui yang sangat-sangat jauh berbeda dari Cinta. Jika saya dan Cinta bisa melalui proses menyusui tanpa hambatan sama sekali, Rangga hadir dengan babak baru.
***
Rangga dengan segera diserahkan pada saya, tak lama saya kembali ke kamar Diamond di GBS. Tidur sekamar dan setempat tidur dengan bayi, memudahkan saya menyusui langsung. Dan tentu saja, ini menenangkan saya.
Saya kembali belajar menyusui. Hah?? Padahal, Cinta belum juga disapih, tapi anak yang berbeda, tak sama pula cara menyusuinya. Tentu saja, hal tersebut sudah sering saya dengar dari pengalaman banyak ibu. Cerita menyusui setiap anak, tidak akan sama. Dan jangan pernah mengharapkan sama. Emaknya aj gk mau disamain kan 😜.
Berada di lingkungan yang mendukung ibu menyusui seperti FormASI Balikpapan tentu memudahkan kepercayaan diri saya terpompa. Kempis sedikit, sudah akan dipompa penuh. Tapiiiiiiii, kalau mau dipompa ya jangan bandel. Banyak saran dan suntikan semangat yang perlu saya dengar dan resapi. Kalau terus mencari pembenaran, ya akan mental.
Sejak hari pertama kelahiran Rangga, sebenarnya saya merasa ada yang janggal. Setiap menyusu, Rangga akan menangis keras, tampak kesulitan menghisap areola lebih banyak. “Ihh, kegedean puting tuh,” kata seseorang.
Tuh kan, kegedan puting salah. Puting kecil salah. Puting datar salah. Maunya apa! Kalau dengerin kata netizen gak akan ada habisnya ya. 😹😹
Rangga, juga gampang tertidur sesaat setelah menyusu. “Mungkin karena belum lama lahir. Polanya maish banyak tidur,” pikir saya. Meski begitu, saya tetap menyusui Rangga kurang lebih 1 jam sekali. Pokoknya gak sampe 2 jam, sortek (sorong tetek) deh 😆.
Karena di awal kelahiran menggunakan pospak, saya masih kesulitan menghitung tanda-tanda kecukupan ASI lewat frekuensi pipisnya. Tapi, menurut perasaan saya, belum mencukupi.
Di hari ke empat saat iseng-iseng memegang dagu Rangga, barulah saya memerhatikan ke dalam mulutnya lebih seksama. “Kok tali lidahnya begitu ya.” Sayapun mencoba memvideokannya dan membaginya pada Bidan Neny.
“Iya deh. Itu tongue tie. Tindakan lebih lanjut konsultasi DSA ya. Sementara menyusui sambil perah dan berikan pake pipet atau sendok,” chat Bidan Neny.
Duuueeeeenggg!!! Tongue tie. Ya Allah. Saya belum pernah membayangkan ini terjadi. Saya pikir, akan biasa saja proses menyusui saya. Lempeng kayak jalan tol.
Sayapun mencari bantuan lain lewat mak Yuyun, salahsatu Konselor Menyusui di FormASI Bpn.
“Sepertinya iya tongue tie. Kalau gak salah ini tipe 2,” jawab mak Yun. “Sakit saat menyusui? Puting lecet?” Tanya mak yun.
“Gak mak. Biasa aja,” jawab saya.
“Coba masukin jari ke mulutnya. Apakah hidapannya kuat,” tanya mak Yun lagi. “Kuat sih mak,” jawab saya lagi.
“Berarti TTnya gak jadi masalah. YANG MASALAH ITU KAMU!!” Ehh gk kok. Mak yun gk jawab gitu 🤣.
“Berarti TTnya gak masalah, kalau gak mau cepat tertidur buka saja dulu bajunya. Biar dia terjaga dulu baru susui,” saran mak yun.
“Diberikan ASI perah bikin males nyusu langsung gk,” tanya saya.
“Memompa menjaga payudara tetap lembek. Jadi bisa sebagian besar areola masuk. Kalau nunggu dihisap, bengkak tambah parah,” tambah Mak Yun.
Di hari ke Lima, saya kembali ke GBS untuk foto baby di Jendela Studio sekaligus kontrol saya dan Rangga. Ternyata bobot Rangga turun lumayan jauh. Dari berat lahir 3600 gram, di hari kelima hanya 3200 gram 😭. Sayapun diminta kembali seminggu kemudian untuk bobot Rangga.
Baiklah, PR tambahan saya nih mengejar ketinggalan BB serta memenuhi target BB satu bulan ke depan.
Saya sangat beruntung. Karena berada di lingkungan yang sangat mendukung saya untuk menyusui. Pikiran saya, tak habis meratapi yang ada. Saya dan Rangga harus membentangkan layar kapal kami, agar bisa mengarungi samudera ini. Samudera kehidupan kami.
Lalu bagaimana dengan tongue tienya? Qadarullah, suatu malam tali lidahnya robek sendiri. 😶😶 Plusnya, daya hisap Rangga jadi lebih kuat. Cara menyusunya semakin mantap.
Alhamdulillah, semoga perjalanan menyusui kami semakin baik dan sesuai harapan. 🤲🏻
Meski saya relawan FormASI Balikpapan, bukan berarti bebas menyusui tanpa hambatan. Saya tetap perlu dukungan. Saat mendapatkan kendala, jangan pernah ragu untuk menghubungi konselor menyusui. Donasi yang diberikan, tak sebanding dengan kebahagian dan perhatian yang mereka berikan.
Satu komentar pada “Beruntungnya Didukung”