Tongue Tie atau biasa disingkat TT, kerap saya dengar selama bergabung demgan kelompok ibu menyusui.
TT adalah kondisi yang membatasi jangkauan gerakan lidah. Kondisi ini hadir pada saat lahir. Jaringan pendek kencang menghubungkan ujung lidah ke dasar mulut. Dapat mempengaruhi bagaimana anak makan dan berbicara, dan dapat mengganggu proses menyusui.
Rangga, lahir dengan kondisi tersebut. Awalnya, saya hanya ragu. Benar tidak ya.
Di hari ke empat kelahirannya, barulah saya yakin dengan kemungkinan-kemungkinan yang hadir sebelumnya. Saya pastikan lagi dengan menghubungi Mbak Neny, Bidan sekaligus owner Griya Bunda Sehat dan Mak Yuyun, konselor Menyusui yang juga wakil ketua FormASI Balikpapan. Keduanya sepakat mengatakan Rangga Tongue Tie. Oleh mereka, saya diminta sambil memberikan ASI perah. Jadi bukan hanya menyusui langsung.
Di hari ke 12 kelahirannya, usai kontrol dari GBS, Rangga ternyata memilih healing sendiri. Hah! Tali lidahnya robek sendiri sodara-sodara. 💆🏻♀️ Kok bisa? Saya juga gak tau. Posisinya, Rangga sedang menyusu dengan saya. Tiba-tiba ia berteriak dan saya melihat ada darah di bagian tali lidah tersebut. Iyuuuuhhh.
Panik? Gak 😁✌🏻. Saya malah bersyukur, karena Rangga menyusu lebih baik dan lancar dari sebelumnya. Dua hari setelah tragedi robek tersebut, ternyata terjadi lagi. Ada sedikit darah lagi. Proses menyusu pun terap berjalan lancar.
Eh ternyata, beberapa hari setelah itu, tali lidahnya kembali berdarah. Sedikit lebih banyak dari yang sebelumnya. Dan kali ini agak bikin panik sedikit sih. Tapi saya tetap gk melakukan apa-apa selain menyusui.🙇🏻♀️🙇🏻♀️🙇🏻♀️
Esoknya, setelah saya memposting tulisan Beruntung Didukung, mak Yun segera menghubungi saya. Dia sedikit tidak percaya bagaimana bisa robek, dan meminta saya kembali memvideokan mulut Rangga. “Gak ke DSA? Udah 2 minggu nih, sekalian cek luka bekas TTnya. Kok ada putih-putih. Siapa tau infeksi,” kata mak Yun.
Esoknya sayapun menjadwalkan ke dokter spesialis anak. Dokter yang saya pilihpun dokter idola mamak-mamak muda, dr Hittoh. Benar saja, dr Hittoh memang dokter anak yang ramah pada anak dan orangtua. Ya kan namanya dokter anak, mestinya disukain anak-anak yaaaa gak kayak dokter yang ituuu *ehh*.
Setelah mendengar menjelasan saya, dr Hittoh pun segera memerika Rangga dengan seksama. “Ini lidahnya benar-benar bebas dari TT bu. Bekas lukanya juga gk apa-apa. Insya Allah aman. Jadi saya gk resepin atau sarankan treatment apapun ya. Karena memang gk perlu. Wah, coba saya tau bagaimana posisi TTNya ya,”kata si dokter. Sayapun menunjukkan video yang saya buat sebelumnya.
“Iya nih. TTnya terlihat sekali. Baru ini saya dapat kasus yang TTnya robek sendiri,” kata dr Hittoh tidak percaya. Kira-kira saya mesti gimana nih reaksinya 😹.
Usai dari DSA, mak Yun kembali menghubungi saya. Menanyakan kondisi Rangga. Senada dengan dr Hittoh, mak Yun pun tidak percaya bagaimana bisa terjadi. Kuasa Allah SWT.
PR saya meningkatkan berat badan Rangga, sebenarnya agak bikin stress. Apalagi, saya meminjam timbangan bayi milik mbak Awen. Tiap saat rasanya pengin nimbaaaaaaang aja. Dan tiap liat jarum timbangannya say bete sendiri. Karena mengharap jarumnya segera berubah 😭. Saya benar-benar lupa, bahwa saya harus menikmati proses menyusui Rangga. Saya harus bahagia agar bisa memberikan energi positif untuknya.
Jadi, sayapun memutuskan untuk tidak menimbang dulu sampai mendekati waktu imunisasinya. Dengan harapan, proses yang menyenangkan, akan membuat berat badan Rangga melesat tinggi. Amiiinn.
TT telah berlalu, saatnya saya menikmati proses menyusui bersama samudera.