“Cintaaaaa, cintaaaaa,” teriak abang hafiz dari luar pagar.
“Mah, tolong bukain pintu dong. Cinta mau mainan sama abang,” ujar Cinta pada saya.
Hampir setiap sore, Cinta selalu bermain bersama teman-teman di sekitar rumah. Saya, papah dan neneknya akan berbagi tugas, siapa yang akan mengawasi. Karena kendaraan bermotor, sering lalu lalang. Jadi wajib kudrat menemani bermain.
Hari ini, Cinta tiba-tiba saja membawa mobil-mobilannya ke luar rumah. Biasanya mobil-mobilan tersebut selalu dimainkan di dalam rumah. “Cinta mau beli es dulu pake mobil,” kata Cinta saat saya bertanya kenapa ia masuk rumah. Saya kira, ia hanya bermain peran saja. Ternyata mobil-mobilan diangkut keluar rumah. Diletakkannya mobil di pinggir jalan, lalu dinaiki. Cinta sejenak ragu. Meluncur atau tidak. Si nenek sudah hampir melontarkan kalimat “jangaaan, nanti jatuh,”. Tapi cepat-cepat saya bilang “Biar aja dulu,”
Saya amati, jalanan sedang sepi. Lagipula, jalanan depan rumah kami agak landai.
Cintapun dengan mantap mengangkat kakinya. Ia meluncur dengan mobil-mobilannya sambil tertawa senang.
“Bang, tolong adeknya didampingi mainan mobilnya ya,” pinta saya pada abang sepupu Cinta. Si abang dengan senang hati menuruti permintaan saya. Karena ia juga berkesempatan melakukan hal yang sama seperti Cinta.
“Cinta, abang juga mau nah,” kata abang hafiz.
“Tunggu dulu ya. Sekali lagi Cinta turun,” katanya. Setelah itu, Cinta memberikan mobilannya kepada si abang. Alhamdulillah, Cinta mau meminjamkan mobil-mobilannya. Tak ada paksaan atau rengekan. Bahkan sesekali Cinta dan si abang bergoncengan.
