Di samudera yang luas membentang, hiduplah sekelompok lumba-lumba. Mereka senang sekali melompat-lompat di permukaan.
Sesekali, mereka bertemu dengan kapal nelayan yang sedang mencari ikan.
Suatu hari, para lumba-lumba ini bertemu dengan seekor ubur-ubur. Tapi, kok ada yang aneh ya!
“Itu ubur-ubur, tapi kenapa dia tidak menyapa kita,” kata dolpi, lumba-lumba yang usianya paling tua.
“Iya ya. Kenapa juga kulitnya keruh. Sepertinsesang sakit,” kata si lulu, lumba-lumba betina.
“Ayo, kita samperin dia,” ajak yang lain.
Begitu mendekati si ubur-ubur. “Hei! Ini bukan ubur-ubur. Ini plastik. Berbahaya sekali. Jika ikan-ikan tidak menyadarinya, bisa termakan. Apa yabg harus kita lakukan dengan plastik ini?”
Itulah sepenggal dongeng yang saya ceritakan kepada Cinta. Cerita karangan, yang mendadak saya ceritakan saat melihat stiker-stiker dinding bergambar ikan.
“Kenapa ada plastik di laut,” tanya Cinta.
“Karena ada yang menbuangnya sembarangan. Kita harus sayang bumi dan lingkungan, buang sampah harus pada tempatnya ya,” kata saya.
Semoga pesan peduli lingkungan bisa tersampaikan pada dongeng kali ini.