
Fitrah seksualitas adalah membangkitkan, menumbuhkan, dan merawat fitrah sesuai dengan gendernya. 2
Seorang laki-laki berfikir, bersikap dan bertindak sebagai laki-laki. Begitupun seorang perempuan, berfikir, bertindak, dan bersikap sebagai perempuan
Mengapa Fitrah Seksualitas Harus Ditumbuhkan
- Agar anak laki-laki berkembang sikap kelaki-lakian dan keayahannya. Sehingga kelak akan menjadi laki-laki sejati.
- Anak perempuan akan berkembang sikap keperempuanan dan keibuan. Sehingga kelak akan menjadi perempuan sejati.
- Dengan kesadaran sesuai fitrah seksualitasnya. Anak akan berperan besar terhadap peradaban.

Kehidupan Anak-anak yang Lahir di Era Digital dan Media Sosial
Teknologi yang semakin berkembang bukan hal yang harus ditakuti atau dihindari, tetapi menjadi peluang jika bisa memanfaatkannya dengan bijak. Seperti facebook, twitter, instagram, youtube dan berbagai media sosial lainnya yang sanggup mengubah dunia hanya dalam satu kali klik.
Anak-anak yang hidup di era digital dan media sosial seperti saat ini jelas berbeda dengan anak-anak yang lahir, besar serta tumbuh tanpa teknologi. Sehingga orangtua pun harus cepat beradaptasi dan banyak belajar untuk mendidik anak-anak mereka. Kini, bukan hanya orang-orang kaya saja yang bisa memiliki dan mengaksesnya, mulai dari kalangan bawah, menengah hingga kalangan atas bebas mengaksesnya.
Berbagai kemudahan teknologi yang ada, menuntut orang-orang yang menggunakannya secara bijak. Tetapi anak-anak yang masih polos dalam berpikir dan sikapnya menjadi hal yang menakutkan jika tak ada yang bisa mengarahkan mereka. Maka peran orantua disini sangat penting, agar bisa mengarahkan dan mendidik anak-anaknya yang hidup di era digital dan media sosial.
Anak-anak hari ini dihadapkan dengan sejumlah permasalahan yang sangat serius, seperti pelecehan seksual pada anak-anak di bawah umur baik laki-laki maupun perempuan, kasus sodomi, dan pornografi. Ini sungguh meresahkan. Bisa dibilang bahwa anak-anak Indonesia sedang mengalami darurat seksual.





8 pedoman mendidik anak di era digital :
- Ambil Tanggung Jawab.
Hendaknya orang tua mengambil tanggung jawab sepenuhnya dalam mendidik anak, karena inilah hakikat tugas utama orang tua. Pihak lain seperti sekolah, madrasah, pesantren hanyalah membantu orang tua dalam mendidik anak-anak. - Sinergi Pengasuhan.
Hendaknya orang tua memiliki sinergi yang positif dalam mendidik dan mengarahkan anak. Harus ada sinergi antara ayah dan ibu dalam proses pendidikan anak. Jangan sampai pendidikan anak diserahkan sepenuhnya kepada ibu saja, atau kepada ayah saja, padahal mereka adalah keluarga yang utuh. - Jadilah Orang tua yang Kuat, Pintar, Hangat dan Bersahabat.
Orang tua pintar, terus belajar dan menambah ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk mendidik anak-anak. Orang tua hangat, selalu berlaku lembut, penyayang, penuh cinta kasih terhadap anak. Orang tua bersahabat, selalu berkomunikasi, mendengarkan curhat anak, mengerti keinginan anak, dan bisa mengarahkan dengan cara yang menyenangkan anak.
- Tanamkan Nilai.
Hal penting yang harus dilakukan orang tua dalam mendidik anak adalah menanamkan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan kepada anak. - Mentoring dan Monitoring.
Anak-anak memerlukan mentoring tentang berbagai macam hal dalam kehidupannya. Misalnya tentang teknologi, anak harus mendapatkan edukasi tentang penggunaan internet dan gadget secara positif. Ada tutorial atau mentoring tentang cara pemanfaatan internet, mentoring tentang rambu-rambu boleh serta tidak boleh, sehingga anak sejak awal sudah mengerti batasan.
Hendaknya orang tua berusaha memonitor anak dalam penggunaan teknologi, jangan sampai kecanduan atau menggunakan untuk hal yang tidak sejalan dengan kebaikan. Orang tua perlu memonitor sahabat-sahabat dekat anak baik yang offline maupun online. - Terapkan Aturan Screen Time dan Family Time.
Ini menyangkut aturan di dalam rumah, hari apa dan jam berapa, atau berapa jam maksimal penggunaan gadget bagi anak-anak. Bukan hanya untuk anak-anak balita atau anak kecil, namun aturan ini juga berlaku untuk orang tua dan seluruh anggota keluarga. - Kerjasama dengan Pihak Sekolah. Orang tua tidak bisa sendirian dalam mendidik anak, maka harus ada kerjasama dengan pihak sekolah dan lingkungan sekitar dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas
- Ciptakan Lingkungan Pembelajaran. Lingkungan masyarakat juga harus mendapatkan edukasi dan diajak membuat kesepakatan positif untuk menciptakan suasana kondusif dalam pembelajaran anak. Jika suasana di rumah, sekolah dan lingkungan sekitar sudah kondusif, akan memudahkan untuk mengarahkan anak-anak menuju kebaikan karakter mereka.



Psikolog dan Pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati Ibu Elly Risman berbagi tujuh cara mengasuh anak di era digital yang bisa dipraktikkan agar hubungan antara orangtua dan anak tetap terjaga.
1. Tanggung Jawab Penuh
Ketika bicara mengenai pola asuh anak, peran seorang ibu seringkali dianggap hal paling utama. Padahal menurut Elly, sosok ayah dalam mendidik anak tak kalah penting. Di era digital seperti sekarang ini, ayah dan ibu harus memiliki pandangan yang sama, yaitu sama-sama bertanggungjawab atas jiwa, tubuh, pikiran, keimanan, kesejahteraan anak secara utuh. Masih banyak orangtua muda masa kini yang melepaskan anak-anaknya secara total di tangan orang ketiga, entah mertua atau pembantu. Namun jika hal ini terpaksa dilakukan, maka perlu dicek kembali bagaimana sejarah dari orang yang Anda rekrut untuk menjaga buah hati.
“Sebuah tesis pernah membahas mengenai peran ayah. Anak-anak yang kurang sosok ayah, dan dia punya anak laki dia nakal, agresif, narkoba, seks bebas. Anak perempuan biasanya depresi, seks bebas. Jadi ayah harus selalu ada, pulang ke rumah di era digital,”
2. Kedekatan
Perlu adanya kedekatan antara ayah dan anak, juga ibu ke anak. Kedekatan ini bukan hanya berarti melekat dari kulit ke kulit, melainkan ‘jiwa ke jiwa’. Artinya, Anda dan pasangan tak bisa hanya sering memeluk sang anak namun juga harus ‘dekat secara emosional’. “Banyak anak yang tidak dapat hal itu dari kecil sehingga jiwanya hampa,”
3. Harus Jelas Tujuan Pengasuhan
“Dari riset yang dilakukan Ibu Elly Risman untuk ibu 25-45 tahun, bekerja tak bekerja, ekonomi menengah ke atas dan menengah ke bawah. Mereka tidak punya tujuan pengasuhan. Mereka tidak tahu anak ini mau di bawa ke mana?”
Bu Elly Risman menyarankan agar orangtua mulai merumuskan tujuan pengasuhan sejak anak dilahirkan. Perlu membuat kesepakatan bersama suami, prioritas apa saja yang diberikan kepada anak dan bagaimana cara pendekatannya.
4. Berbicara Baik-baik
Orangtua harus belajar berbicara baik-baik dengan anak. Tidak boleh membohongi, lupa membahas keunikan anak, dan juga perlu membaca bahasa tubuh, serta mau mendengar perasaan anak.
“Menyalahkan, memerintah, mencap, membandingkan, komunikasi seperti ini akan membuat anak merasa tak berharga, tak terbiasa memilih dan tak bisa mengambil keputusan.”
5. Mengajarkan Agama
Menjadi kewajiban orangtua untuk mengajarkan anak-anaknya tentang agama. Pendidikan tentang agama perlu ditanam sejak sedini mungkin. Dalam hal ini, mengajarkan agama tak hanya terbatas ia bisa membaca Al-Qur’an misalnya, bisa berpuasa atau pergi ke gereja. Orangtua perlu menanamkan secara emosional agar anak menyukai aktivitas itu.
“Jangan kosong dan lalu dimasukkan ke sekolah agama. Tidak ada dasarnya jika begitu. Bisa dan suka itu berbeda. Bisa hanya sekadar melakukan, tapi jika suka, ada atau tidak ada orangtua dia akan tetap baik,” tutur beliau.
6. Persiapkan Anak Masuk Pubertas
Kebanyakan orangtua malu membicarakan masalah seks dengan anak dan cenderung menghindarinya. Menurut Ibju Elly Risman, pembicaraan justru perlu dimulai sejak dini dengan bahasa yang mengikuti usianya.
“Kalau sudah keluar air mani, sudah menstruasi, itu artinya mereka sudah aktif secara seksual dan sudah telat untuk menanamkan tentang pemahaman seks. Ya jadi suka-sukanya anak, dia bebas melakukan berbagai macam hal”
7. Persiapkan Anak Masuk Era Digital
Bukan berarti Anda harus memberikannya gadget sejak bayi. Namun mengajarkan anak jika penggunaan gadget ada waktunya dan memiliki batasan untuk itu. Akses internet pun perlu dibatasi untuk mencegah anak melihat situs yang tidak diinginkan.
“Ajarkan mereka untuk menahan pandangan, menjaga kemaluan. Karena jika otakmu rusak, kemaluanmu tidak bisa dikendalikan. Jika kita tidak membicarakan, anak tidak tahu bagaimana akan bersikap.”
Kedepankan komunikasi sebagai pengganti gadget. Sebagai contoh, ajak anak bicara tiap kali pulang sekolah. Hal-hal di sekolah seperti tugas menumpuk, teman jahil atau guru menyebalkan sudah menjadi hal berat untuknya. Oleh karena itu, Ibu Elly menyarankan untuk berkomunikasi tentang perasaannya. Misalnya tanya perasaannya di hari itu, apa yang membuatnya bahagia dan apa yang membuatnya sedih. Dengan begitu, secara otomatis anak akan dengan mudah bercerita pada Anda tiap kali ia merasakan sesuatu.
“Ketika anak dibatasi dia pegang gadget, orangtua perlu beri alternatif lain. Contohnya ikuti les sesuai hobby dan minatnya seperti berenang, main basket, futsal, gitar atau apa yang disukai anak,”
Menambahi 8 pedoman mendidik anak siera digital yang sudah di sampaikan mba Amalia.
Kalau menurut saya ada beberapa poin penting yang sekarang rame dilakukan tetapi kehadiran ortu kosong. Contohnya maraknya memasukkan anak ke sekolah Islam terpadu…dengan harapan mereka dididik baik oleh guru disekolah dan lupa peran utama ortu dirumah