Bentuk Ritme dalam Keseharian

Family Learning Support TK Arunika Waldorf

Saat pandemi ini, banyak orangtua yang merasa kesulitan dalam menemani anak-anaknya belajar di rumah. Ya, karena saat anak-anak di sekolah biasanya orangtua juga melanjutkan tugas-tugasnya di rumah.

Namun, bukan berarti para orangtua mau abai membersamai anak-anaknya. Tentu masing-masing berusaha sekuat tenaga agar anak-anaknya tetap bisa belajar dengan riang gembira.

Rabu malam tadi (13/05), TK Arunika Waldorf memulai progran Family Learning Support. Program yang bertujuan mendukung pengasuhan anak usia dini bagi orangtua dan guru di rumah. Malam tadi adalah kelas pertama secara gratis.

Cocok sekalikan untuk saya yang memiliki anak 3,5 tahun dan 9 bulan. Mengikuti kelas online ini salahsatu yang menjga kewarasan saya selama di rumah. Belajar dan bertemu teman baru.

Jika suasananya seperti di sekolah, saya adalah tipikal siswa yang duduk diam dipojokan. Menyimak, tapi tidak berani bersuara. Errr, mungkin karena saya sedang mengamati teman-teman sekela saya.

Lanjuuuuutttt……

Malam tadi temannya adalah Ritme. Dari sharing-sharing tersebut, saya pun mengetahui kalau Ritme itu ada disekeliling kita. Seperti halnya matahari yang terbit di pagi hari dan terbenam menjelang malam. Kita manusia, juga memiliki ritme, seperti jam biologis.

Ritme baik di luar atau di dalam saling memengaruhi. Namun sayangnya, saat ini ritme kita banyak dipengaruhi teknologi. Lampu, cahaya gadget membuat tubuh kita merasa siang hari lebih lama.

Lalu, apa pentingnya Ritme? Ternyata ritme membuat anak lebih nyaman dan aman. Dengan ritme yang baik, saat anak berada di lingkungan yang tidak tepat. Maka ia akan cepat menyadari dan mencari ritme baik yang lain.

Itu sebabnya, orang-orang luar, sering membangun rutinitas dengan anaknya lewat mendongeng sebelum tidur.

Duuhh, ini tempelengan keras buat saya. Selama punya adik, saya dan Cinta masih beradaptasi. Apalagi saya masih tinggal bersama nenek yang akan menuruti permintaan cucunya. Berat? Tentu. Tapi saya tetap bersemangat menghadapinya. Bukankah tantangan yang membuat kita belajar.

Satu minggu ini, kami diminta untuk membangun ritme. Sementara cukup disatu hari saja. Amati dan nikmati ritme tersebut.

Kita lihat, bagaimana selanjutnya.