Ketika jatuh cinta, kita akan rela melakukan banyak hal. Begitu juga ketika kita mencintai diri kita, maka kita akan mencintai apa-apa saja yang kita lakukan. Apalagi jika semua itu untuk kebaikan tubuh dan mental kita
Tujuh bulan ini, saya kembali jatuh cinta pada olahraga. Bukan hal yang aneb bagi sebagian orang. Tapi untuk diri saya, itu adalah pencapaian yang luar biasa. Sejak kecil, saya tidak dibiasakan berolahraga. Berkeringat adalah sesuatu yang sangat menganggu. Bahkan, bisa menurunkan kepercayaan diri.
Olahraga, saat saya remaja adalah kewajiban sekolah. Saya pernah mencoba menyukai olahraga voly -karena kakak dan ibu saya suka olahraga tersebut- namun, karena ikut-ikutan, voly tidak lama saya lakukan. Ditambah lagi, saat berolahraga voly saya kerap sambil berandai-andai. Seperti serial komik yang sering saya baca.
Saya, mulai menyukai olahraga saat dua tahun bekerja. Di mana berat badan melonjak tajam. Seama 1,5 tahunsaya rutin yoga, pilates dan sepeda. Targetnya saat itu memang bukab menurunkan berat badan. Tapi menyehatkab mental saya. Bahagia di luar, tapi tidak di dalam, hueheheh.
Berhenti bekerja dan saya “dipaksa” di rumah saja membuat saya ogah berolahraga. Padahal, saat itu saya sudah diberikan hadiah sepeda statis oleh (calon) suami. Hingga sampai menikah, punya anak 2 olahraga tidak lagi saya sukai. Yoga dan jalan kaki saat hamil lagi-lagi sebuab kewajiban. Bukan sebagai penghargaan kepada tubuh dan jiwa.
5 bulan lalu, saat memulai progam menurunkan berat badan saya mencoba pendekatan lagi dengan olahraga. Cardio, sepeda statis dan jalan kaki (semua saya lakukan di dalam rumah) saya lakukan.
Saat IMT sudah terpenuhi, sayatetap rutin jalan kaki 10000 langkah dan mencoba berlari. Ternyata, kebiasaan olahraga sudah mulai terbentuk. Tidak hanya aktif bergerak, hati saya mulai lebih positif.
Sebelumnya tidak hanya berat badan yang menganggu, tapi saya jadi gampang nyinyir meski dalam hati 🤭.
Untuk saya yang agak introvert ini, olahraga sendiri sangat pas. Tapi untuk membakar semangat, memang butuh partner. Beruntung, Cicah keponakan saya yang berusia 8 tahun sangat tertarik melihat saya olahraga di rumah. Jadi setiap kunjungannya ke rumah, dialah hang menemani saya berolahraga.
Dan di bulan ke lima saya berolahraga ini, saya mulai jatuh cinta pada lari. Tetap sih, larinya dalam rumah. Ha-ha.