Sudah pernah mendengar istilah sandwich generation? Jujur saja, saya baru mendengarnya beberapa bulan lalu. Setelah mengikuti sebuah kelas keuangan. Istilah tersebut muncul dalam materi yang diajarkan.
Untuk yang belum mengetahuinya, sandwich generation adalah sebuah kondisi di mana anak-anak membantu membiayai orangtua namun disaat bersamaan juga memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Bagi kita orang indonesia, biasa jadi itu sudah biasa. Malahan menjadi sebuah tradisi. Yang kalau tidak dilakukan malah aneh atau tidak berbakti pada orangtuanya.
Tapiiiiiii, melakukan hal tersebut buat saya bukan hal yang memberatkan jika sejak awal kita melakukannya dengan ikhlas.
Bagaimana dengan keluarga kecil saya? Kami memang menjalani sandwich generation (semoga Allah selalu mencukupkan rezeki kami. Amiiinnn). Karena kami dalm kondisi seperti ini, sayapun akhirnya belajar agar nanti di masa tua saya tidak melakukan hal serupa.
Bukan karena saya terbebani. Namun saya tidak tahu bagaimana kondisi anak-anak di masa mendatang nanti. Apakah mereka punya keuangan lenih untuk membantu saya. Ataukah pasangan masing-masing nanti tidak keberatan. Apakah pasangan mereka nantinya juga sandwich genaration selanjutnya?
Sedikit unik (bagi saya), keluarga dari ibu selalu mengajarkan saya untuk menerima seberapapun pemberin suami. Sedikit pelik sebenarnya, wkwkwkw. Saat kebutuhan masih ada, tapi budget tidak ada mengutarakan ke suami sungguh berat. Padahal, komunikasi dan keuangan harus menjadi hal yang mudah diutarakan. Agar tidak ada kesulitan di lain waktu. Embah dari ibupun punya kebiasaan memberi anak dan menantunya sedikit uang (terutama yang tinggal bersama beliau) untuk membantu mencukupi kebutuhan dapur dan lain-lain.
Di awal pernikahan saya, ibu saya melakukan hal serupa. Tidak memberikan saya uang, tapi langsung membayar biaya PDAM atau berbelanja ke penjual sayur.
Saya sering mengutarakan keberatan saya. Karena saya pikir, orangtua harusnya saya biayai (saat itu saya belum mengenal samdwich generation).
“Bapak ibu punya uang pensiun de. Lumayan bisa bantu-bantu. Biar kamu bisa nabung sedikit-sedikit. Biar tua nanti, gk perlu minta ke anak-anau,” pesan ibu.
Nyeeeeesssss
Ibu, bisa melakukan hal tersebut karena merasa memiliki pendapatan dari pensiunnya. Bagaimana dengan saya dan suami yang tidak memiliki dana pensiun dari perusahaan?
Menjadi anak sekaligus orangtua memang memberikan pelajaran yang berbeda.
Semoga saya selalu belajar dan mengambil hikmahnya. Amiinn