Strategi Toilet Training Part 2

Kok part 2? Iya, karena saya sudah melewatinya di anak pertama. Kali ini kami mengucapkan sampai jumpa lagi di anak ke dua. Semoga bertemu di anak-anak selanjutnya.

Kembali menggunakan clodi di anak kedua, memberikan cerita yang berbeda. Tentu saja, setiap anak punya perjalanan yang berbeda kan. Namun,lagi-lagi saya sedikit jumawa dengan pengalaman sebelumnya yang menyenangkan. Sedikit cerita toilet training aka tatur Cinta bisa dilihat di sini.

Penggunaan clodi Rangga, anak ke dua saya, berjalan mulus tanpa hambatan. Seperti Cinta,saya sesekali menggunakan pospak saat menginap di rumah ibu mertua dalam waktu singkat. Jika agak lama, saya tetap memilih menggunakan clodi. Atau saat harus keluar rumah seharian, maka pospak terpaksa saya gunakan.

Seperti Cinta, sejak usia 6 bulan, Rangga bisa diajak kerjasama ke kemar mandi. Maka, sayapun menyediakan celana toilet training ukuran kecil. Namun, saya pakaikan hanya sesekali saja. Misalnya saat sore hari menjelang mandi, namun clodinya sudah penuh, maka celana toilet training yang jadi pilihan.

Di usia 14 bulan, saya pun mulai memantapkan hati. Bukan! Saya belum hamil kok, ha-ha. Ada beberapa alasan saya memulai toilet training saat ini.

  • Cinta memulai di usia yang sama. Meski begitu saya tidak mengharuskan berhasil di waktu yang sama
  • Saya ingin menyelesaikan toilet training sebelum dua tahun, agar nanti fokus pada menyapih
  • Mengurangi aktivitas saya dalam cuci mencuci
  • Hemat sabun cuci clodi :p

Cinta dan Rangga memang tidak saya target harus berhasil kapan. Hanya saja, saat si kakak saya sudah berpikir untuk segera hamil. Pokoknya sebelum adeknya lahir, toilet training harus tuntas.

Dalam perjalannya, setiap kali saya mengajak Rangga ke kemar mandi untuk pipis selalu ditolak dengan tangisan. Namun tidak dengan tangisan. Jadi, pipis di kamar mandi hanya sesekali berhasil. itupun bisa dihitung dengan jari. Sisanya selalu bikin basah celana toilet training. Belum lagi saat Rangga mengunakan clodi dan berkata “Pipis”, oleh papah dan neneknya malah dijawab “Pake clodi kok,gk apa”

YA ALLAH PIYEEEEEE IKIIIIIII T_T

Makanya toilet training memang perlu kesepakatan banyak pihak di rumah. Sama seperti menyapih saat menyusui. Tepat di usia usia 18 bulan, kami belum juga berhasil. Putus asa bun!

“Kenapa ya nek? Kok tiap diajak ke kemar mandi mesti minta keluar. Eh diluar malah pipis,”curhat saya pada ibu. “Ya gak tau,” jawab ibu saya.

Hmm, gk dapat solusi T_T.

Tak sengaja saya melihat postingan teman di instagram yang bercerita anaknya juga memulai toilet traning. Sesekali berhasil sesekali ia harus mengepel lantai karena ada ceceran pipis.

Tiiing

Saya harus mengevaluasi strategi sebelumnya dan menambahkan strategi lain. Apa saja?

  • Membeli celana dalam biasa. Saat kepikiran ide tersebut, saya langsung mengajak Rangga membeli celana dalam di toko dekat rumah. Ia saya ajak berkomunikasi.”De, gambarnya lucu yaaa. Ada dinosaurus, hewan-hewan, wah ada simajiro juga. Ini buat ade lho,”kata saya ke Rangga. Harapannya tentu saja Rangga bahagia menerima celana barunya.
  • Tidak lagi menggunakan celana toilet training atau clodi saat Rangga bangun. Saya hanya menggunakan saat ia sudah tertidur pulas. Saat ia terbangun, segera saya lepas tanpa ia sadari.
  • Meminta bantuan Nenek dan Suami (lagi). Maksudnya biar lebih gercep kalau anaknya bilang pipis. Gak boleh ditunda-tunda. Bahkan saya sering sambil bermain. Saat Rangga berkata “Pipis,” makasaya akan berkata “Tahaaaan dulu, ayo ke kamar mandi. Tahaaaaaan,” kata saya sambil menggendongnya berlari. Tentu saja berlarinya saya lakukan sambil bermain. Bukan lari yang terburu-buru. Biasanya Rangga akan menanggapi dengan tertawa.
  • Tetap ajak ke kamar mandi 1-2 jam. Amati frekuensi menyusu dan minum anak. Jika terlalu banyak minum, biasanya hanya 1 jam anak sudah pipis lagi.
  • Catat. Ini penting mengingat jam terakhir anak pipis. Supaya 1-2 jam setelahnya kita bisa menawarkan untu ke kemar mandi.
  • Perhatikan gelagat anak. Kita perlu mengetahui gelagat atau bahasa tubuh yang anak sampaikan. Bahasa tubuh lebih cepat terlihat sebelum anak mengatakan keinginannya.
  • Sabar dan Tekad. Stok sabar dan tekad harus dibulatkan. Jujur saja, 4 bulan sebelumnya tekad sayapun naik turun.

Sehari mengubah strategi, saya masih kebablassan. Jam mengajak pipis belum juga cocok. 10 celana dalam biasa habis digunakan. Keesokan harinya, masih bablas sampai jam 3 sore. Namun saat sore hari, Rangga mau bilang pipis dan diajak ke kamar mandi.

Setelah mandi sore, saya kembali memakaikan clodi (plak). Pikir saya sudah sore, aktivitasnya tidak sebanyak siang hari. Saya juga males bolak-balik ganti baju. Ternyata Rangga menolak. ia malah berlari dan kabur. Setiap akan dipakaikan ia melarikan diri. “Adek, ayo pakai dulu clodinya,” kata saya. “Nyaaauuu (baca: gak mau),” jawab Rangga. Lho kok gak mau?

“Malu de kalau gk pake celana. Tuh, penisnya keliatan,” lagi-lagi tawaran saya dijawab gak mau olehnya. “Ade pilih deh. Mau pake sempak atau popok clodi,” saya iseng menawarkan. “(S)empak,” kata Rangga. “Benar ya. Kalau pake sempak pipisnya harus di kamar mandi,”kata saya sambil mengambil celana dalam di laci baju Rangga. Ia pun menggangguk dengan semangat.

Lho, jangan-jangan ini?????? batin saya saat itu.

Ternyata dari sore sampai malam, Rangga berhasil melewati hari dengan pipis di kamar mandi. Yiiiipiiiiii. Saat tidur malam harinya, saya malah lupa memakaikan clodi. Segera saya pakaikan saat saya terbangun dini hari.

Hari kedua, kami melakukan hal yang sama. Bahkan sampai malam, tidak ada lagi pipis yang berceceran di lantai. Semua di lakukan di kamar mandi. Meski beberapa ada yang tidak sempa buka celana :D.

Di hari ketiga, kami harus keluar rumah untuk imunisasi. Duh,gagal lagi gak ya? Sayapun memutuskan Rangga menggunakan celana dalam biasa dulu, kemudian dilapis dengan pospak. Maksudnya biar dia tetap merasakan basah dari cealana dalamnya. Di jalan, ia sempat mengatakan ingin pipis. Sayapun mengeluarkan botol pispot yang digunakan untuk travelling. Tapi ternyata tidak juga pipis. Pasrah deh, kalau dia pipis di pospaknya.

Eh ternyata sampai rumah saat saya buka pospaknya tidak ada basah sama sekali. Seetelah saya ajak ke kamar mandi, barulah dia pipis. Good job, bro!

Di hari ke empat, saya baru menyadari kalau clodi yang saya pakaikan di malam hari tidak kunjung basah. Padahal itu clodi malam sebelumnya yang juga tidak dipipisi.

Di hari ke lima, saya malah ketiduran dan lupa memakaikan clodi. Saat bangun subuh, Rangga yang juga bangun tersenyum sambil menggaruk -garuk celananya. Hmm, kayaknya mau pipis nih. Segera saja saya ajak ke kamar mandi dan benar Rangga langsung pipis. Dan sejak itu, clodi tak lagi digunakan. Terharu bun.

Saya masih tidak menyangka, kalau toilet traning dan strategi baru ini berhasil dalam hitungan hari.

Ade Rangga keren euy. *muji anak sendiri:D*

Tinggalkan komentar