Di pekan ke empat ini, saya menantang diri untuk mencari resep-resep sederhana yang bisa saya eksekusi bersama anak-anak. Pembuatan tidak ribet dan bahannya jua mudah di dapat.
Sayapun mengutarakannya pada mentor, dan seperti sebelumnya mentor selalu memberikan apresiasi yang membuat saya bangga pada diri saya sendiri. Ha-ha.
Namun, pekan ini mentor tak mau melewatkan memberikan tantangan pada saya. Hmmm, tantangan apakah itu?
Diskusi saya dan mentor menghasilkan tantangan cemilan sederhana yang bisa dinikmati anak-anak, yaitu pisang coklat dan es krim pisang. Menu ini hadir setelah percakapan kami yang membicarakan salah satu anak saya yang tidak terlalusuka buah dan sedikit pieky eater.
Saat saya bercerita pada Cinta akan membuat dua menu ini, tentu saja dia sangat antusias. Pisang coklat adalah resep pertama yang kami eksekusi. Bersama adiknya Rangga, Cinta bersabar menunggu coklat batangan yang kami tim. Cinta pun membantu saya menusukkan pisang ke tusuk sate. Adiknya? Tentu ikut membantu dengan memakan pisang-psisangnya, he-he.
Sedikit kehebohan terjadi saat kami melumuri pisang dengan coklat. Karena sambil melumuri kami juga sibuk mencolek-colek untuk dinikmati.
Yang perlukami perhatikan lagi adalah pisang yang dipotong terlalu tipis. Sehingga membuat pisang mudah patah. Selain itu, saya juga meletakkan pisang coklat terlalu berdekatan.Sehingga saat sudah mengeras, malah susah diambil.
Menu berikutnya adalah es krim pisang. Anak-anak sangat menyukai es krim. Tapi berbahan dasar buah murni, ini baru pertama kali.
Rangga begitu menyukai es krim ini. Begitu juga dengan sepupu dan keponakan-keponakan saya yang berkunjung ke rumah. Dalam waktu singkat, es krim habis mereka nikmati.
Cinta? Iahanya sedikit merasakannya. Kemudian diberikan ke adiknya. Pisang belum jadi buah favoritnya.