Pekan ini, saya masih belum berani menghubungi mentor saya secara aktif. Karena kondisi beliau yang masih naik dan turun. Dalam pekan ini, saya hanya berani menghubungi satu kali. Itupun hanya menanyakan kabar beliau.
Saya memilih menunda dulu, sampai kondisinya benar-benar pulih.
Dipekan ini, saya dan anak-anak kembali praktik membuat cemilan yang sederhana dan bahannya sudah tersedia di rumah. Apakah itu? Kurma coklat, he-he. Ide ini muncul saat saya melihat dua jenis kurma masih bertengger di dalam kulkas. Hmm, dibuat susu kurma sih sering, tapi ya gak habis-habis juga.
Dan karena coklat sisa praktik pekan lalu masih ada, maka saya manfaatkan lagi. Cemilan ini baru pertama kali aya nikmati saat berkunjung ke rumah kakak. Namun, yang saya nikmati waktu itu ada isi kacang almondnya. Sehingga rasanya makin lezat. Walau tidak ada kacang almond, saya dan Cinta memilih membuat versi originalnya.
Ada dua jenis kurma yang kami punya di rumah. Satu lebih basah dan cenderung manis dan satunya lebih kering tapi manisnya tidak pekat.
Pada praktik ini, kami belajar beberapa hal. Di antaranya, setelah melumuri kurma dengan coklat sebaiknya diletakkan di alas kue yang bergaris (eerrr, ini maksudnya lengser yang bergaris bolong-bolong itu lho). Karena saya dan Cinta sempat meletakkannya di piring. Saat coklat mengeras, kami kesulitan mengambilnya karena nempel dengan alas piring.
Pelajaran keduanya adalah jenis kurma ternyata cukup berpengaruh. Kurma yang basah lebih empuk saat dimakan. Tapi saya kurang suka karena terlalu manis untuk saya. Sedang kurma yang kering, untuk rasa lebih enak. Tapi teksturnya sedikit lebih keras. Jadi kurang greng.
Dan setelah menulis jurnal ini, saya baru menyadari ternyata tidak mengambil gambar sama sekali 😑
Pekan depan, saya sudah berencana membuat cemilan lainnya. Salah satu cemilan yang saya suka. Tak sabar rasanya untuk segera mengeksekusinya.