
Alhamdulillah, akhirnya sampai juga saya di Hexagon City. Bermodal satu koper berisi semangat dan nekat. Kok nekat? Iya! Sebelum terbang ke kota ini, saya dilema. Dilema ingin berangkat, tapi galau karena tak ada teman satu regional. Sayapun curhat dengan kahima kesayangan IP Balikpapan Raya, mbak Hamidah. Mbak Midah, menceritakan bagaimana serunya Hexagon City.
Dengan bismillah, serta ridho suami dan anak-anak sayapun berangkat. Sebenarnya, saya mengenal beberapa teman dari regional lain dari kota ini. Bahkan buddy saya di Bunda Cekatan dulu juga di kota ini. Tapiiiii, saya agak overthinking. Takut saya merasa akrab, tapi mereka sebaliknya. Padahal ya itu ada di kepala saya aja.
Setelah sampai di Hexagon City, saya langsung di berikan sertifikat Hak Guna tanah, Id Card dan twibbon. Gak ada cerita ribet administrasi untuk kami yang baru datang ke kota ini.
Masing-masing Hexagonia diberikan lahan untuk membangun HexaHouse. Sayapun membangun rumah sederhana yang sudah saya nantikan. Sebisa mungkin, barang-barang yang ada di hexa house ini adalah barang yang saya butuhkan. Jangan sampai, barang-barang gak penting dari kota sebelah ikut terangkut di sini.
Jika dilihat di denah, mungkin sedikit aneh krena saya tidak memiliki ruang tamu. Ha-ha. Namun begitulah rumah yang saya impikan. Bukan tidak ingin menerima tamu. Namun, menurut saya orang-orang yang datang berkunjung ke rumah, adalah orang-orang yang cukup dekat dan akrab dengan saya.
Jadi kalau berkunjung ke hexahouse saya, teman-teman boleh memilih duduk di mana. Apakah di depan pantry, ngobrol sambil nyemil, lesehan di ruang serba guna yang juga nyambung dengan perpustakaan. Di mana saja deh. Terserah aja.
Saat anak-anak mau berkunjung, maka kamar mereka saya letakkan di lantai 2.
Semoga yang berkunjung ke hexahouse saya bisa merasa nyaman dan betah.
Sampai ketemu di pekan selanjutnya.




Satu komentar pada “Hexahouse, Rumah Sederhanaku”