Sabtu, lalu kami warga Hexagon City melakukan pencoblosan. Selama masa pemilu, teman-teman di co-house dan cluster sering bercengkrama. Tidak sedikit dari kami yang saling mengingatkan ketika ada jadwal kampanye atau video yang tayang di FBG.
Saking ramainya masa pemilu, saya sampai “puyeng” menonton dan menyaksikan kampanye para kandidat. Bagaimana tidak, jadwal kampanye yang singkat, membuat para kandidat dan timses harus menentukan waktu kapan mereka bisa bercengkarama dengan hexagonia lain.
Bahkan, saya sampai lupa sehari sebelum pencoblosan adalah masa tenang. “Kok hari ini belum ada video kampanye ya?” batin saya saat itu. Yang ternyata hari itu adalah hari tenang, ha-ha.
Dan di saat pemilu, saya memilih secepat mungkin untuk memilih. Kenapa? Biar sepi. Memilihnya pun bisa tenang. Maunya sih! Tapi siapa sangka, walau suasana masih sepi saya justru malah kebingungan memilih di detik-detik terakhir. Padahal saya sudah menetukan pilihan hati sebelum membuka form.
Maka, dengan bismillah sayapun memilih.
Beberapa point penting yang saya dapat dari pengamat adalah di Pemilu Hexagon City, tidak ada kandidat yang lebih baik atau lebih buruk . Masing-masing dari mereka memiliki visi-misi yang tentu akan cocok dengan hexagon saat ini.
Untuk mengetahui rekam jejak karya para kandidat, kita bisa melihat melalui media sosialnya.
Di pemilu kali ini, saya pun memilih menjadi warga saja. Tidak menjadi timses. Selain karena saya belum kenal benar para calonnya, saya juga masih belajar dengan mengamati cara kerja teman-teman timses. Yang tentunya nanti akan berguna buat saya di masa mendatang. Namun pemaparan para kandidat dan timsesnya, memberikan insight buat saya.
