Pesatnya perkembangan teknologi membuat banyak permainan anak beralih. Yang tadinya aktivitas fisik, sekarang banyak duduk diam di depan layar. Namun, bukan berarti para orangtua membiarkan hal itu terjadi. Tak sedikit yang mencoba mengenalkan aneka permainan tradisional.
Mainan tradisional yang masih kulihat saat ini diantaranya asinan, gerobak sodor, cinaboy, petak umpet (ini termasuk permainan tradisional gak sih?). Atau permainan lain yang tidak menggunakan aktifitas fisik, seperti halma, ular tangga, catur dan monopoli.
Beberapa waktu lalu, di rumahku menambahkan permainan monopoli. Tak hanya Cinta dan Rangga, tapi juga sepupu dan anak-anak tetangga. Rumah cukup riuh dengan keseruan mereka bermain.
Dibandingkan 25 tahun lalu, monopoli saat ini banyak berubah. Kalau dulu aturan bermain dicetak pada selembar kertas berukuran besar. Saat ini, aturan main dicetak dibagian bawah kotak. Anti hilang-hilang club deh.
Nominal uangnya jug lebih besar. Tampaknya monopoli mengalami inflasi juga. Hehe. Namun, yang agak menyedihkan menurutku kualitas cetakkan kartu-kartu dan uang. TidK sebagus dulu. Ditambah lagi, aksesorit pion dan rumah-rumahnya juga kurang bagus. Terlihat sekali plastik murahannya. Kalau dulu monopoli hadir sendirian, kali ini monopoli ditemani ular tangga, halma serta catur sebagai pendampingnya.
Makin seru dan banyak pilihan ya. Tapi di rumah, monopoli tetap jadi primadonanya. Anak-anak masih belum terlalu paham, bagaimana cara mainnya. Jadi biasanya mereka hanya melewati negara-negara dan menjalankan perintah saja. Kalau mau membeli negara, pilihan utamanya Indonesia dan Malaysia. Dua negara yang biasa mereka dengar. Ha-ha.
Bagaimana denganku dan orang dewasa lainnya? Bermain monopoli cukup membingungkan. Karena kami sudah terlalu lama tidak bermain monopoli. Sehingga banyak lupa strategj bermainnya.
Yang membuat sedikit gemas, anak-anak bermain tidak rapi. Uang-uang milik mereka dihambur begitu saja. Berbeda dengan saat aku kecil. Kami sibuk mengatur uang serapi mungkin. Seperti kasir swalayan.
Mungkin memang harus dicontohkan lebih sering, supaya mereka bisa meniru kerapian dalam bermain.
Permainan apalagi yang mengingatkan masa kecil dan tetap seru dimainkan orang dewasa?