Pernah berpikir akan bersahabat dengan ibu sendiri? Aku tidak. Aku memang mengidolakan ibu sejak kecil. Tapi tak pernah berpikir akan menjadikan ibu sebagai sahabat. Yang kupahami dulu, orangtua tidak bisa menjadi sahabat anaknya.
Saat SMA, aku pernah memiliki teman yang sangat akrab dengan ibunya. Awalnya aku hanya mendapatkan ceritanya dari teman-teman yang lain. Sampai suatu hari, aku berkesempatan untuk berkunjung dan melihat sendiri bagaimana temanku dan ibunya sangat akrab. Temanku tak pernah ragu menceritakan apapun pada ibunya. Soal temannya, sekolah, bolos bahkan pacar-pacarnya. Ibunya? Mendengarkan dengan seksama dan sesekali mengolok anaknya. Seakan mereka sebaya. Meski begitu, temanku tak pernah kehilangan kesopanannya. Tetap terlihat jelas kasih sayang dan sopan santunnya ke ibu. Melihat itu, aku tentu saja iri.
Karena sebaliknya aku harus menyembunyikan rapat-rapat ceritaku. Bukan tidak mau. Tapi tidak suka dengan responnya. Ha-ha. Mungkin karena ibuku juga merasa aneh, anak bau kencur cerita itu ya. Berbeda dengan sekarang. Saat aku sudah dewasa.
“Punya teman boleh, tapi jangan terlalu dekat. Nanti kenapa-kenapa,” adalah salah satu pesan yang dulu pernah dilontarkan ibu. Hasilnya aku memang akrab dengan beberapa orang. Tapi tidak satupun yang bisa mendapatkan cerita rahasiaku. Setelah beranjak dewasa, aku baru menyadari nikmatnya bersahabat dengan ibu.
Kami tampak satu frekuensi. Lah. Kesukaan yang sama, hobi yang mirip, selera berpakaian yang mirip. Mungkin yang membedakan hanya aku tak suka mengikuti kisah Lesti dan Rizki Bilar, ha-ha. Meski tak benar-benar serupa ada banyak kecocokanku dengan ibu. Ya dibanding dengan ke dua kakakku, aku dan ibu lebih kompak. Mungkin (lagi) karena kami tinggal serumah.
Gara-gara sering ngobrol dengan ibu (dan suami ya), aku jadi merasa tidak perlu lagi ngobrol hal-hal receh dengan orang lain. Kayaknya 20.000 kataku sudah terpenuhi bersama ibu.
Walaupun kadang juga hubungan kami itu suka gemes-gemes gimana, aku bersyukur tak ada pertengkaran sengit antara aku dan ibu.
Pernah dulu saat SMA aku melakukan kesalahan. Tidak dihukum ataupun ditegur. Sanksinya aku dicuekin seharian. Ambooooyy, rasanya itu pengin nangis deh. Sejak saat itu aku takut sekali mengecewakan ibu dan bapak. Kayaknya mendingan diomelin deh dari pada dicuekin.
Yang kuinginkan sekarang adalah menghabiskan banyak waktu dengan ibu. Mengisi waktu bersama kami lebih bermanfaat dan berkesan. Supaya nanti kami punya banyak cerita indah untuk dikenang. Tak hanya aku tapi juga cucu-cucunya.