Mengelola Menu Sehat Sekeluarga – Sesi 1

Pernah kebingungan mau masak apa hari ini? Atau menunya itu-itu saja? Lalu apakah sudah yakin menu yang disajikan sehat untuk keluarga di rumah? Untuk menghilangkan rasa penasaran dan kegelisahan tersebut, sekaligus menyemarakkan beaThreeful – 3 Tahun IP Balikpapan Raya, HIMA IPBaRa mempersembahkan kelas zoom “Mengelola Menu Sehat untuk Sekeluarga”. Pematerinya adalah Pramita Sari, member IP Tangerang Selatan.

Untuk diketahui, Pramitha Sari adalah seorang dietisien. Selain itu, perempuan yang akrab disapa Mitha ini juga founder dari Ngasi Yuk, Keluarga Peduli ASI, Sisterhood, Bersama Atasi Stunting, dan Konselor Laktasi.

Di kelas sesi pertama ini, mbak Mitha mengajak berdiskusi seberapa pentingnya Homemade. Apa sajakah itu? Mencegah kelebihan zat yang masuk ke dalam tubuh, sesuai selera, menjaga kesehatan dan hemat. Tentu saja kelas ini bukan membuat pesertanya untuk “berperang” mana yang terbaik. Karena setiap ibu lebih paham kondisi keluarganya masing-masing.

Jika berpuluh tahun lalu dikenal dengan sebutan empat sehat lima sempurna, kali ini isi piringku diusung secara global. Bukan hanya Indonesia, tapi juga dunia. Namun setiap wilayah boleh menyesuaikan dengan bahan pangan lokal. “Kalau kita di Indonesia digambarkan dengan piring, berbeda dengan di Uni Emirat Arab. Di sana digambarkan dengan pohon kurma. Begitu juga dengan Malaysia, berbeda lagi. Tapi intinya tetap sama,” jelas perempuan berkacamata ini.

Dahulu susu dianggap sebagai pelengkap. Jika tidak minum susu, maka tidak lengkap. Berbeda dengan sekarang. Lalu kemanakah perginya susu? “Susu tetap ada di bagian protein hewani. Yang mau minum susu, silakan. Jika tidak mau, silakan mengganti dengan protein hewani lainnya. Ada banyak protein hewani yang bisa dipilih kok,” terang mbak Mitha. Tak hanya memerhatikan isi piringnya, dibagian luar diagram juga dijelaskan untuk perilaku hidup bersih. Yaitu mencuci tangan dengan sabun, aktivitas fisik dan minum air putih minumal 2 liter sehari. Jadi jauh sebelum pandemi, mencuci tangan dengan sabun sudah dikenalkan.

Untuk aktivitas fisik, mbak Mitha menyarankan untuk berolahraga secara teratur. “Olahraga bukan untuk yang mau turun berat badan kok. Yang sehat tetap harus berolahraga. Disarankan 150 menit/minggu. Jadi kalau dibagi tiap hari cukup 30 menit sehari. Jika tidak bisa dibagi menjadi dua atau tiga kali perminggu juga tidak apa-apa,” tambahnya.

Dengan memasak makanan sendiri, kita bisa mengatur batasan gula, garam dan lemak atau minyak yag sehari-hari kita konsumsi. Untuk gula, dalam sehari disarankan maksimal 4 sendok makan. Sedangkan garam hanya 1 sendok teh atau setara dengan 2000 miligram. “Sedangkan lemak, yang sering dianggap jahat tetap diperlukan tubuh. Maksimal hanya 5 sendok makan atau setara 72 gram,” terang mbak Mitha. Meski diperlukan tubuh, kalori yang dihasilkan minyak cukup besar. Itulah sebabnya kita perlu membatasi konsumsinya. “Bukan tidak boleh sama sekali ya,” tegasnya.

Selain memberikan tips-tips kuliner sehat, mbak Mitha juga mengajari peserta untuk menghitung IMT atau lIndex Masa Tubuh. Ini membuat banyak peserta tercengang. Karena merasa baik-baik saja dan terlihat ukuran tubuhnya sesuai. Tapi setelah diukur, hasilnya tidak sesuai harapan. “Perhatikan juga lingkar perut ya. Kenapa? Karena biasanya kelebihan lemak disimpannya di area sekeliling perut. Maka dari itu tolok ukur pertama ada di lingkar perut.

“Sehat itu tidak mahal, tapi biaya untuk memulihkan kesehatan yang membuat sehat terasa mahal. Jagalah kesehatan sebelum datang sakit,” tutup mbak Mitha.

Pekan depan, peserta masih akan berdiskusi lagi di kelas zoom. Materinya akan lebih seru, karena mengenai food preparation. Sampai jumpa lagi.

Tinggalkan komentar