Demam Panggung Saat Hexagon City Virtual Conference

Jika tubuh kita sedang demam, tandanya sistem imun kita sedang melawan virus, bakteri atau jamur yang masuk ke dalam tubuh. Demam merupakan peringatan, supaya kita bisa menyiapkan langkah selanjutnya dalam mencegah penyakit yang lebih berat.

Tapi bagaimana kalau demam panggung? Bagaimana menyiasatinya? Apa saja yang harus kita lakukan? Februari lalu, aku mengalami demam panggung yang cukup lumayan. Hexagon City sedang melakukan perhelatan, Hexagon City Virtual Conference (HCVC) namanya. Di acara tersebut, para Hexagonia tampil menjadi speaker. Aku yang biasa di belakang layar, menjadi speaker adalah tantangan yang sangat besar.

Padahal beberapa tahun lalu, saat masih bekerja di ranah publik aku pernah menjadi host di sebuah stasiun TV lokal, wartawan media cetak sekaligus mengorganizer event kantor. Bertemu dengan orang-orang baru, berada di depan kamera dan berbicara di depan banyak orang adalah kegiatan yang sehari-hari kulakukan. Karena aku introvert, tentu saja butuh perjuangan keras untuk melaluinya.

Saat memutuskan bekerja di ranah domestik, semua hal yang sudah aku pelajari saat berada di panggung, seketika menguap. Aku kembali menjadi riska yang menikmati berada di belakang layar. Karena itu saat HCVC, aku memilih waktu paling terakhir untuk tampil. Selain itu, aku berusaha untuk menyesuaikan waktu dengan keluarga. Agar bisa tampil dengan maksimal.

Tapi ternyata, saat hari H, demam panggung sudah menunjukkan tandanya. Tangan dingin, deg-degan, perut mules dan sedikit gelisah aku rasakan. Sebenarnya aku sudah berusaha mempersiapkan diri untuk meminimalisasi demam panggung. Seperti berlatih setiap hari, menghindari pikiran meragukan diri, berjalan (di dalam rumah), menjadi diri sendiri dan melakukan kontak dengan peserta. Beruntung mbak Ais saat itu bisa ikut memecah suasana. Sehingga aku jadi lebih tenang dan menjalankan peranku sebagai speaker.

Tapi jika disuruh memilih, aku tetap mau berada di belakang layar, karena membuatku lebih bahagia. Walaupun di belakang layar, aku juga tetap merasakan demam panggung yang serupa saat berada di depan layar kok. Hanya saja karena tidak ada sepasang mata yang langsung tertuju padaku, aku jadi lebih tenang. Demam panggung memang tidak mengenakkan, tapi selalu ada cerita menyenangkan setelahnya.

Tinggalkan komentar