Tentu kita sering diingatkan, kalau Allah pemberi rezeki sudah mengatur rezeki kita. Salah satu contoh yang sering kita lihat adalah pasar. Begitu banyak pedagang yang menjajakan dagangan yang sama. Harga sama, kualitas juga tak jauh berbeda. Tapi setiap pembeli yang datang, Allah lah yang menggerakkan. Hari ini aku dilihatkan lagi secara langsung, bagaimana rezeki Allah SWT tidak pernah tertukar untuk hambanya.
Akhir pekan ini, aku dan keluargaku kembali memancing di kolam pemancangan Rama Graha. Kami memutuskan ke tempat pemancingan ini, karena lebih banyak nilai plusnya dibanding pemancangan yang lain. Saat kami datang, pengunjung tak terlalu banyak. Tapi tidak bisa dibilang sepi. Pengunjung yang datang berkelompok. Minimal dua orang. Ada yang banyak sekitar 10 orang. Saat kami masuk ke gerbang pemancangan, terdengar suara riuh para pemancing yang berhasil mengangkat ikan-ikan yang cukup besar.
Keluargaku pun mencari lokasi yang dirasa cukup strategis serta teduh. Pancingan pertama yang berhasil mengangkat ikan adalah milik Rangga. “Huuuaaaaa, Rangga berhasil dapat ikan,” teriak Rangga kesenangan. Ikan yang didapat Rangga, sesuai dengan ukuran tubuh Rangga. Masih anak-anak, he-he. “Pancingan Rangga amis. Dari tadi narik terus,” kata Okik, paman kecil Rangga. Okik sedikit kecewa, karena pancingannya belum juga menarik ikan.
Tapi tak menunggu terlalu lama, Okik juga menaikkan ikan dari kolam. Disusul nenek, abi, Cinta dan suami. Ada yang besar tapi lebih banyak yang bayi-bayi ikan. Tapi taukah selama memancing, kami duduk berdekatan dengan banyak yang menaikan ikan dengan ukuran yang besar-besar. Semuanya tentu penasaran, kenapa selalu ikan yang kecil yang memakan umpan kami.
Sampai di penghujung waktu memancing, kamipun hanya mendapatkan 1 kg ikan, ukuran sedang. Yang kecil-kecil, tak kami bawa pulang. “Ini bukti kalau Allah sudah mengatur rezeki. Bayangkan, sebelah-sebelah kita semua mengangkat ikan yang besar,” kata suami diperjalanan pulang.
Karena merasa ikan yang kami bawa pulang tidak cukup, maka suami memutuskan untuk membeli ikan di pasar. Sejak pagi, kami memang berencana untuk makan-makan bersama keluarga di rumah. “Nah, ini bukti lagi pi, Allah yang menggerakkan kita dan memberikan rezeki ke penjualnya,” tambah abi saat suami selesai berbelanja.
Kamipun mengangguk setuju. Ya, Allah pemberi rezeki, sudah mengatur rezeki hambanya. Allah lah yang menggerakan hati kami berbelanja di penjual yang mana kah. Alhamdulillah.