Kasih Sayang

Nenek selalu lebih sayang cucu ketimbang anaknya. Aku sudah sering mendengarnya. Ah masa sih pikirku dulu. Aku tak percaya. Mungkin karena dulu tak ada cucu yang tinggal di rumah. Faiz cucu pertama ibu, rumahnya cukup jauh. Kedua orang tuanya bekerja, otomatis waktu bertemu akung dan utinya jarang. Kalaupun bertemu, paling lama hanya tiga jam.

Saat Nindy lahir, nenek memang lebih sering membelikan mainan, baju dan sepatu. Akhir pekan diajak jalan-jalan juga tak ketinggalan. Tapi itu juga karena aku yang suka mengajak. Nindy malahan “boneka” pertamaku. Di kedua anak mbak Ika yang lain, tak jauh berbeda. Mungkin karena ibu sudah mulai fokus merawat bapak. Begitu pula saat Cinta lahir. Ibu jauh lebih fokus mengurus bapak. Nenek menggendong Cinta hanya saat aku menitipkannya untuk ke kemar mandi. Itu pun kalau tak ada papahnya.

Semua berubah ketika Rangga lahir. Nenek tak lagi mengurus akung. Waktunya lebih banyak untuk beribadah, masak, dan leha-leha nonton idolanya. Otomatis, menggendong cucu lebih lama malah bisa dilakukan. Ditambah lagi, Rangga adalah cucu pertama laki-laki yang tinggal bersamanya. Jadi sangat istimewa.

Semua apapun yang diminta Rangga akan coba dipenuhi oleh nenek. Meski aku sering kali mengingatkan untuk tidak selalu memenuhinya, nenek selalu tak tega. “Kayakya nenek keseringan beliin Rangga mainan ya,” kata Nenek suatu hari, saat aku membereskan mainan Rangga.

“Ya, gitu deh,” jawabku. Mau marah tak mungkin. Aku tau, pasti semua nenek ingin mencurahkan kasih sayang ke cucunya. Aku hanya bisa mengingatkan perlahan. Biar hatinya tak tersakiti.

Tapi ternyata tak hanya ibuku. Adik ibuku, yang tinggalnya bersebelahan dengan kami, juga tak jauh berbeda dengan nenek. Kenapa Rangga atau kenapa Cinta, ayo sini ikut mbah abi adalah kalimat yang sering dilontarkan saat mendengar cucu-cucunya menangis keras dan sulit dikondisikan.

Meski banyak hal yang kurasa tak sesuai dengan pengasuhanku, aku tak serta merta menolaknya. Bukankah para orangtua perlu diberi kepercayaan sedikit. Bukankan anak-anak perlu dibekali pondasi, sehingga bukan lingkungan yang menyesuaikan, tapi mereka bisa beradaptasi namun tetap teguh pada pendiriannya.

Pengasuhan memang tak selalu baku. Pengetahuan terus berkembang. Aku dan banyak orang tua lain, tak boleh berhenti belajar. Agar tetap bisa membersamai anak-anaknya.

Tinggalkan komentar