Hutang

“Maaf ya. Baru selesaikan sekarang. Dan ini gak semua. Aku cuma punya segini,” kata seseorang.

“Alhamdulillah,” sahutku.

“Mamaaaaaa,” tiba-tiba Rangga berteriak. Ya Allah, terrnyata tadi cuma mimpi. Padahal sudah bahagia karena ada yang menyelesaikan hutangnya ke aku. Ha-ha.

Hutang memang punya banyak resiko. Yang paling jelas adalah hilangnya kepercayaan. Dan mungkin yang paling menyebalkan adalah ketika orang yang berhutang juga manipulatif. Kepala yang tidak gatal, pasti jadi korban digaruk-garuk.

Jujur saja. Aku juga pernah berhutang. Dan pernah pusing mencicil untuk melunasinya. Padahal dana untuk membayar hutang tersebut sudah tersedia. Aku juga berusaha untuk berhutang secara sehat. Tidak lebih dari 30 persen penghasilan. Tapi, tetap saja dag-dig-dug dalam menyelesaikannya.

“Orang yang gam punya hutang itu, hidupnya tenang,” kata abi suatu hari. Kata-kata itu menjadi pengingatku. Mungkin hutang yang kupunyalah yang membuatku tidak tenang. Merasa masih ada yang mrngganjal. Aku juga tidak mau dicap sebagai pencuri di hari akhir nanti.

Sudah hampir setahun ini, aku juga mengubah caraku mengelola keuangan. Yang tadinya menabung senin – kamis, kali ini sudah lebih rajin dan konsisten. Aku membagi pos-pos menabung menjadi beberapa bagian. Di antara tabungan itu, ada pos untuk membayar hutang tresebut. Namun yang jadi sumber kegalauanku, sampai kapan tabungan dan hutang ini akan tercapai?

“Utamakan membayar hutang, baru mengisi tabungan,” kata seseorang di medis sosial. Lagi-lagi aku diingatkan lewat postingan orang lain. Maka, akupun mengevaluasi tabunganku. Pos-pos tabungan mana yang bisa aku “kalahkan” untuk menutup hutang.

Maka, nominal tabungan ysng tadinya semua sama, jadi berubah. Pos tabungsn yang kukalahkan, harus memulai dari nol lagi. Alhamdulillah, tak ada lagi cicilan hutang yang harus kubayar setiap bulan. Dan benar kata abi, aku jauh lebih tenang, lebih santai. Tak ada lagi perasaan diintai. Seperti kata suami, yang tak lelah diucapkan. mau beli ini beli itu, yuk nabung dulu. Dan tabungsn ysng tadinys nol, sekarang sudah kembali terisi.

Lalu bagaimana dengan hutang orang ke aku? Beberapa ada yang jujur mengatakan belum bisa melunasi, meski track recordnya terkenal tidak baik, tapi aku masih menghargainya, karena masih sopan dan tidak lups pada hutangnya. Untuk yang menghilang, ya semoga saja nanti hatinya kembali terbuka untuk mengembalikannya. Namun memang yang paling mengesalkan adalah ketika si penghutang tidak merasa hutang, marah, dan menghilang. Ingin mendoakan yang baik kok kesel. *eh*

Tapi lagi-lagi aku belajar, kalau ingin memberi pinjaman ke orang lain anggap saja uang itu tidak pernah kembali. Berikan semampu dan seikhlas kita. Jadi jika suatu hari kembali dikecawakan, rasanya mungkin tak sakit.

Tinggalkan komentar