Bagaimana rasanya saat mengajak anak-anak liburan dengan transportasi udara? Harap-harap cemas? Atau selow aja?
Saat menjadi ibu satu anak, aku termasuk yang selow. Apalagi saat itu mengajak Cinta naik pesawat di usianya yang masih 8 bulan dan 1,8 tahun. Masih ASI. Rewel sedikit langsung sorongan gentong ASI ke mulutnya. Tak ada drama sama sekali, karena dari take off dan landing selalu dilalui Cinta dengan tidur pulas didekapanku.
Berbeda dengan Rangga. Kami mengajaknya jalan-jalan dengan pesawar di usianya 3 tahun kurang 1 bulan. Selain usia, sifat dan watak keduanya tidak sama. Cinta cukup mudah dibujuk untuk tenang. Sedang Rangga anaknya teguh pendirian.
Jauh-jauh hari, aku sudah memberi tahu Rangga bahwa kami akan jalan-jalan jauh dengan pesawat. Akupun sering menceritakan apa saja yang boleh dan tidak dilakukan selama diperjalanan. Aku juga menunjukkan beberapa video lagu anak-anak yang menceritakan perjalanan dengan pesawat.
Tak lupa, aku membawa mainan-mainan kesukaan Rangga. Tujuannya supaya dia tidak bosan duduk di kursi pesawat selama dua jam.
Pada harinya, Rangga sangat antusias. Saking antusiasnya ia sampai tidak sabar karena antriannya yang panjang. Ia ingin cepat-cepat naik pesawat. Sesampainya di pesawat, kami pun langsung mengatur formasi duduk. Rangga kuminta duduk disebelah jendela, supaya dia bisa melihat pemandangan. Sayangnya, kursi pesawat yang kurang tinggi untuk anak-anak, membuatnya kesusahan. Kalau ingin melihat pemandangan, Rangga harus berdiri. Jika tidak, yang bisa dilihat hanyalah langit biru.
Mulai bosan dengan pemandangan, iapun meminta mainannya. 30 menit kemudian, ia mulai bosan. Menangis dan meminta izin untuk menonton youtube.
“Sabar ya. Tunggu kita sampai baru boleh menonton,” jawabku. Aku merasa kalau Rangga bosan dan mulai mengantuk. Maka, aku menawarkannya duduk dipangkuanku. Ternyata benar, tidak sampai 10 menit dipelukan, ia langsung tertidur pulas. Yups, jam keberangkatan kami memang di jam biasa Rangga tidur siang. Untung saja, SSCnya yang tidak pernah digunakan hampir 2 tahun ini kemasukan ke dalam ranselku. Begitu pesawat landing, langsung kemasukan ia ke dalam gendongan. Dan terbangun saat kami antri mengambil bagasi.
“Kenapa tidak diberikan youtube saja?” tanya suami. Kami memang menyiapkan beberapa video online yang bisa ditonton.
“Gak apa-apa. Biar ketemu cara lain mengatasi kebosanan,” jawabku.
Dipenerbangan kedua, menuju Balikpapan ternyata Rangga juga melakukan hal yang sama. Bedanya kami berangkat lebih pagi. Mungkin karena selama liburan, anak-anak kurang puas tidurnya dan banyak jalan. Jadi baru 3 ,5 jam dari waktu bangun, Rangga sudah minta tidur lagi.
Antara deg-degan dan lega ya. Karena tidur yang jadi penyelamatku selama perjalanan.
Bagaimana dengan Cinta? Selama perjalanan ia sibuk mendongengi papahnya. Meski sempat tertidur sebentar, tapi ia lebih banyak menikmati perjalanannya.