Tak terasa aku cukup lama, mengikuti perjalanan serial 911 di Fox Crime yang sekarang berpindah ke Disney Hotstar. Saat ini, 911 sudah memasuki sesion ke 6. Dan masih muncul episode terbarunya setiap hari kamis.
Nah, untuk menunggu episode-episode selanjutnya, akupun mencoba menonton serial serupa lainnya. Salah satunya adalah Station 19. Sebenarnya, serial ini sudah lama aku mulai. Tapi, sempat terhenti cukup lama, karena belum menarik perhatianku.
Serial 911 yang biasa aku tonton, memang bukan hanya menunjukkan sisi kepahlawanan para pemadam kebakaran, tapi juga cerita keluarganya. Oh iya, sebanarnya 911 ini kan layanan telpon untuk masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Petugasnya akan menentukan siapakah perespon pertama yang seharusnya hadir di lokasi. Apakah polisi ataukah petugas pemadam kebakaran, yang juga punya petugas kesehatannya. Petugas kesehatan di pemadam kebakaran ini, bisa dibilang kemampuannya mendekati dokter umum. Karena dia harus bisa melakukan pertolongan pertama pada korban-korbannya sebelum dilarikan ke rumah sakit.
Nah, di 911 aku selalu merasa semua yang mereka lakukan selalu penuh kebahagian. Orang-orang yang mereka tolong, selalu bisa diselamatkan. Pokoknya kesigapan mereka dalam menyelamatan orang-orang bikin tepuk tangan deh. Sisi kehidupan pribadi yang sering diceritakanpun tidak mengganggu sama sekali.
Tapi berbeda dengan Station 19 ini. Orang-orang yang diselamatkan tidak selalu tertolong. Ada saja kegagalan dalam penyelamatan, meski sampai sesion ke dua, kebanyakan kegagalan saat pasien sudah berada di rumah sakit. Tapi aksi heroik mereka patut diacungi jempol.
Dari serial-serial ini juga aku sering kali mengernyitkan kening. Kenapa? Karena ada saja petugas yang tadinya sudah bekerja mapan, memilih menjadi petugas pemadam kebakaran. Misalnya ada yang seorang dokter bedah atau di 911 ada mantan tentara yang memutuskan untuk pensiun dan melamar sebagai pemadam kebakaran.
Kalau di Indonesia, kok kayak gak mungkin gitu ya. Tapi di sana, begitu bergengsi pekerjaan penjadi pemadam kebakran. Beratnya tes serta pelatihan yang harus mereka ikuti, juga membuat banyak anakbercita-cita suatu hari nanti bisa menyandang profesi ini. Tak hanya itu, saat ada petugas pemadam kebakaran yang meninggal, maka upacara pemakamannya akan sama dengan angkatan bersenjata atau polisi. Mereka juga sama, dianggap sebagai pahlawan oleh masyarakat. Ya memang harusnya seperti itu kan.
Aku malah sering berpikir, kalau saja pamadam kebakaran di Indonesia seperti mereka pasti akan cepat sekali tertangani. Dan bisa jadi tidak ada kebakaran besar yang akan terjadi. Belum lagi, di serial tersebut menjadi seorang petugas pemadam kebakaran tesnya juga sama susahnya seperti menjadi polisi, tentara dan dokter. Pokoknya gak bakal dipandang sebelah mata deh. Bisa jadi juga, tidak ada lagi masyarakat yang mau membantu tanpa keahlian sama sekali. Masyarakat yang tidak punya keahlian tidak boleh membantu memadamkan api. Karena ternyata, memadamkan api butuh keahlian khusus. Gak asal siram guys. Duuh, gemes kan kalau lihat kebakaran di Indonesia, yang bantu asal siram. Mana tau api malah mengarahkan ke masyarakat, eh bisa membuat kecelakaan yang lain.
Kembali lagi ke Staton 19, kisah latar belakang kehidupan para petugas ini, sayangnya banyak yang menyimpang. Ada yang biseksual, homo dan lesbi. Bahkan orang-orang yang mereka tolong juga begitu.Agak mengganggu buatku. Mungkin bagi mereka Station 19 ini jauh menggambakan apa adanya petugas pemadam kebakaran di luar negeri. Berbeda dengan 911, yang lebih menonjolkan aksi heroik para petugasnya.