Badan yang capek dan pegal kerap kali menghampiri kita para ibu. Tugas publik, domestik hampir tidak ada hentinya. Kalau cuma menarik nafas dan menghembuskannya, belum tentu rasa pegal itu hilang.
Lalu apa yang bisa dilakukan? Perawatan massage adalah salah satu caranya. Buat para ibu, baik ya g bekerja di ranah publik atau domestik, mengunjungi salon atau spa mungkin tidak mudah. Untuk me time, pasti harus mempersiapkan diri dan pasukannya dengan baik.
Aku yang saat belum menikah dan masih bekerja di ranah publik, cukup sering mengunjungi tempat spa. Bermodalkan jam happy hour, aku bisa menghemat cukup banyak saat melakukan tradisional massage dan face massage.
Setelah menjadi istri dan seorang ibu, tentu saja ada banyak pertimbangan saat ingin berkunjung ke tempat spa. Mulai dari anak yang masih menyusu langsung, anak-anak yang tidak mau ditinggal dan masih banyak lagi. Anak-anak yang tidak mau ditinggal, karena usianya yg masih di bawah 2 tahun. Saat sudah 3 tahun, anak-anak bisa bermain lebih lama dengan papahnya. Tapi karena jarak antar anak tidak sampai 2 tahun, maka masih sukit direalisasikan.
Alhasil perawatan di rumah adalah jalan ninjaku. Dulu saat rutin massage di tempat spa, aku punya terapis langganan. Pokoknya pas banget deh. Sayangnya aku tidak pernah menyimpan nomer kontaknya. Saat aku resign, salon langgananku itupun tutup. Maka makin tertutuplah jalanku bertemu si mbak.
Pernah suatu waktu bertemu di sebuah bank, tapi saat itu aku dan dia sama-sama terburu-buru. Jadi hanya saling menyapa saja.
Tak lama setelah melahirkan Cinta, aku mendapatkan rekomendasi dari tetangga. Sebut saja si bulek T. Karena aku pencinta tradisional massage, maka penuh tekanan kuatlah yang disuka. Sayangnya si bulek T ini juga puny kesibukan lain, yaitu menjaga cucunya.
Keseringan ditolak mengharuskanku mencari terapis yang lain. Akupun mendapatkan rekomendasi lain. Sebut saja bulek A. Pijatannya pas. Dan si bulek suka bercerita. Sangat memudahkanku saat mengobrol. Karena dia lebih banyak ngobrol 😆. Sayangnya si bulek memberikan janji manis palsu. Beliau yang menghilang bagaj ditelan bumi buatku. Tapi tetanggaku masih sering menggunakan jasanya.
Bingung mencari terapis lain, ternyata mbak ika punya teman sekolah di SMP yang cukup berpengalaman sebagai terapis ditempat-tempat spa. Mbak Olva namanya. Karena pengalaman dan mengikuti pelatihan massage, mbak Olva percaya diri untuk melakukan perawatan dengan layanan rumah.
Mulai tradisional massage, face massage, body scrub, refleksiologi, dan masih banyak lagi. Untuk biaya, menurutku sangat terjangkau dan sesuai dengan pijatannya. Bahkan biasanya kalau mbak Olva datang ke rumah, harusnya massage 1 jam bisa molor jadi 2 jam. Ini terutama jika ibuku yang massage. Bagaimana tidak, mereka saat ngobrol nyambung. Saling curhat 😅.
Alhamdulillah sudah tiga tahun ini aku selalh menggunakan jasa mbak Olva. Saat hamil Bunga, aku memilih bersabar tidak massage. Karena terapis pregnancy massage tidak boleh memberikan tekanan saat memijat. Di usia kehamilan 35 minggu, aku baru sekali memutuskan pijat. Itupun pengin.
“Mbak sebenarnya tekanannya gimana? Kurang kuatkah?” tanya mbak Olva suatu hari.
“Pas kok mbak,” jawabku sambil menikmati pijatannya.
“Kurang kuat?” tanyanya lagi.
“Gak, pas sudah ini,” kataku meyakinkan.
“Soalnya ibu kalau tekanannya segini itu suka teriak kesakitan. Tapi mbak Riska gak,” ujarnya.
“Toleransi rasa sakitku tinggi mbak. Jadi jangan kaget kalau reaksiku biasa aja,” kataku memberikan penjelasan.
“Pantesan. Aku tuh selama ini bingung. Kok bisa gk merasa sakit. Takut gk sesuai harapan,” tambahnya.
“Kalau gk cocok, gk munkin aku panggil mbak ke rumah sampai 3 tahun kan,” kataku disertai tawa kecil.
Saking cocoknya dengan pijatnya mbak Olva, aku bisa menikmayi me time tipis-tipis. Saat ada bayi yang harus disusui, maka mbak Olva akan menunggu. Ia tidak pernah mempermasalahkan waktu menunggunya.
Meski layanan rumah, mbak Olva hanya menerima panggilan massage untuk perempuan.
Untuk teman-teman yang ada di Balikpapan atau mau ke Balikpapan, bisa nih menggunakan jasa massage mbak Olva.
Ruang Cerita 