Paket

“Halo mbak, rumahnya di RT 41 kan?” tanya suara dari seberang telpon. 

“Iya mas,” jawabku. 

“Ok mbak. Cuma mau memastikan. Soalnya di alamat kok tertulisnya RT 4. Padahal seingat saya rumah mbak di RT 41,” jelasnya. 

“Seperti biasa ya mas,” pesanku mengingatkan” 

Seperti biasa yang kumaksud adalah meletakkan paket di teras rumah. Sejak pandemi, aku selalu meminta para kurir untuk meletakkan paket di teras rumah. Bukan hanya karena menjaga jarak kala itu, tapi juga karena aku kasihan dengan para kurir jika harus menungguku keluar rumah. 

“Mbak kalau paketnya hilang gimana?” pernah seorang kurir bertanya.

“Insya Allah aman mas. Kalau hilang, berarti bukan rezeki saya,” jawabku. Percayakan saja semua pada Allah. Pertanyaanya mungkin karena khawatir, kalau kejadian hilang, bisa-bisa dia juga akan kena masalah kan.

Jika ada kurir yang semangat memanggil-manggil namaku saat mengantarkan paket, bisa dipastikan ia adalah kurir baru. Bahkan ada satu kurir yang cukup senior, ia tidak pakai ba bi bu, langsung pluk meletakkan paket ke teras. Seperti itulah yang aku suka. Ha-ha. 

Karena kebiasaan tidak mau menemui kurir ini, aku sempat membuat panik seorang seller. Karena barang yang dikirim berjenis makanan. “Mbak, kok dilempar. Nanti hancur!” Balasan chatnya saat aku meminta melemparkan paketan ke teras. 

Belanja online dengan pembayaran COD hampir tidak pernah aku pilih. Jika harus dilakukan, ya terpaksa. Itupun jarang sekali. Kenapa? Karena jam keluar rumahku, kadang tidak terprediksi. Setelah mengantar anak-anak mengaji, kadang aku bisa mampir ke rumah mbakku, ke pasar dan lainnya. Kadang kurir sudah ditunggu-tunggu, eh datangnya malam. 

Pernah suatu hari ada paket yang dinyatakan hilang. Bukan di rumahku, tapi saat masih di ekspedisi. Karena masa pengiriman sudah melewati batas, maka danaku  langsung di kembali marketplace oleh yang kugunakan. Dua hari kemudian, paketnya datang. Maka aku langsung menghubungi seller dan diminta mentransfer sesuai dengan pembelanjaanku sebelumnya. Eh belum selesai, tiga hari kemudian aku dihubungi oleh kurir yang biasa mengantarkan paketanku. Ia meminta konfirmasi apakah paket tersebut sudah aku terima. Tentu saja aku menjawab sudah lengkap dengan tanggal penerimaan barang. Kemudian admin ekspedisi lain menghubungiku. Sebelumnya ia meminta maaf, karena status paket dinyatakan hilang dan tetap dikirimkan. Ia memintaku untuk mentransfer dana yang sesuai, karena mereka harus mengganti paketan yang dinyatakan hilang. Pilihannya aku harus mentransfer ke ekspedisi atau mengembalikan barang tersebut. 

Jujur saja, aku sempat mengira ini penipuan. Ha-ha. Aku langsung menjelaskan bahwa aku sudah mentransfer sesuai dengan nominal yang seller minta. Alhasil admin ekspedisi harus berurusan langsung dengan seller. Tentu saja aku tidak mau ikut campur lagi. Apalagi aku sudah membayar sesuai dengan ketentuannya. 

Hal-hal seperti ini memang tidak sering terjadi, namun tentu saja bisa bikin kita khawatir ya. Apalagi kalau ketemu seller atau petugas ekspedisi yang jutek. Rasanya, ku menangiiiiisssss…