Setelah hampir setahun menggunakan kindle sebagai teman membaca buku, aku memutuskan untuk mencari teman barunya. Lho kenapa? Kindle tidak memuaskan? Secara keseluruhan aku sangat-sangat menyukai kindle. Kindle sangat membantuku menyelesaikan membaca buku dalam waktu singkat, kapan saja dan di mana saja. Sayangnya tidak semua ebook tersedia di Playbook.
Sebelum memutuskan membeli, aku mencoba untuk membaca buku lewat tablet 11 inch dan smartphone. Seperti dugaan banyak orang, membaca buku dengan kedua gadget tersebut kurang mendukung. Selain berat, terlalu lama membaca dengan handphone ataupun tablet menyakiti mata (tapi kalau scrolling kok gk, eh). Selama 3 bulan inipun aku berlangganan di aplikasi Gramedia Digital. Alasannya sederhana, biar bisa baca ebook di Gramedia. Tapi karena 3 bulan ini target membaca di Gramedia Digital tidak seperti yang kubayangkan, maka aku kembali menimbang apakah bisa mencari ereader lain yang mendukung membaca lewat aplikasi Gramedia, Ipunas dan lain-lain.

Saat membeli Kindle dulu, pilihan nomer duanya adalah Onyx Boox. Sayangnya harga Onyx jauh lebih mahal. Sekitar 2 kali lipat dari Kindle yang kubeli dulu. Dan kali ini aku sedikit bimbang dengan pilihan Onyx Booxnya. Apakah Onyx Boox Poke 5 ataukah Onyx Boox Palma. Perbedaan mendasar ada di layarnya. Poke 5 berbentuk persegi, dengan lebar layar 6 inch. Sedangkan Palma menurut keterangan lebar layarnya 6,13 inch. Lebih besar dong ya? Namun dari banyak review yang aku tonton di youtube, Palma berbentuk persegi panjang. Persis seperti smartphone. Yang membuat aku cenderung tidak memilihnya, selain mahal banget :))))), adalah ada fitur kamera belakang. Lah??? Buat apaaaaaa! Sayangnya aku tidak menemukan perbandingan antara Palma dan Poke 5. Tapi Bismillah aku memilih Poke 5.
Ternyata Onyx Boox Poke 5 ukurannya lebih kecil dari Kindle Paper White 11. Saat pertama kali dinyalakan, kita harus mengupdate OSnya. Setelah itu ada beberapa langkah yang harus kita lakukan untuk bisa mulai menggunakannya. Berbeda dengan Kindle yang tinggal mengkoneksikan dengan wifi dan email ya.
Tentu saja aku tidak mau menunggu waktu untuk mencoba membaca lewat Poke 5. Maka aku langsung mendownload Playbook dan Gramedia Digital. Maka ada banyak sekali tempat untuk membaca yang bisa aku jadikan pilihan.
Ukuran Onyx Boox Poke 5 yang lebih kecil dari Kindle memang menyenangkan. Karena bisa muat di tas kecil. Dan tentu ukurannya yang sangat ringan membuat kita tidak kesusahan saat membawanya.
Setelah menghabiskan 1 novel lewat Poke 5, dengan jujur aku mengatakan lebih menyukai Kindle. Lho, bukannya banyak yang bilang lebih baik Onyx Boox daripada Kindle. Memang, karena aplikasi-aplikasi yang mendukung membaca bisa kita dapatkan di sini. Jadi tidak perlu lagi repot-repot memindahkan ke kindle. Tapi saat membaca, aku lebih menyukai kindle. Ukurannya jauh lebih pas. Dan di mata lebih nyaman.
Selain itu banyaknya fitur-fitur menurutku membuatnya jadi mubazir. Ada beberapa review yang kulihat malah menginstal whatsapp. Ya memang sih itu pilihan masing-masing, tapi terlalu banyak aplikasi bawaan menurutku tidak penting. Aku yakin, orang-orang yang membeli e reader pada tujuan utamanya untuk membaca. Jadi tidak butuh fitur-fitur lainnya.
Memang belum tepat aku membandingkan Kindle dengan Onyx Boox Poke 5, apalagi waktu penggunaan Kindle di aku lebih lama dari Poke 5 yang belum seminggu dipakai.
Tapi aku sependapat dengan saran banyak orang yang bilang jika ingin membeli e reader, mungkin sebaiknya langsung membeli yang berbasis android seperti Onyx Boox. Biar apa? Biar gk kerepotan cari ebooknya.
Atau mungkin kita bisa berharap dan berdoa, semoga Kindle mau mengupgrade diri. Sehingga bisa diinstal aplikasi-aplikasi baca yang berbahasa Indonesia.