“Ayo kak, sudah jam 9.40. Waktunya kita berangkat,” kataku ke Cinta. Hari ini jadwal Cinta ekstrakurikuler panahan. Karena durasi ekstrakurikuler tidak terlalu lama, aku selalu menunggu di sekolah. Jarak rumah dan sekolah memang tidak terlalu jauh, jadi kalau aku memutuskan untuk pulang, masih sempat untuk leha-leha.
Hanya saja aku malas untuk bolak baliknya. Apalagi jalanan yang kami lewati sedang diperbaiki. Tidak menimbulkan kemacetan, tapi jadi terasa lebih lambat.
“Mami gak berat bawa tas itu. Memang isinya apa?” tanya Bila, salah satu keponakanku yang semalam menginap di rumah.
“Oh, ini bawa tumbler air putih dan kopi,” jawabku.
“Gak berat,” tanyanya lagi.
“Ihh, mami kan emang biasa bawa barang banyak,” tambah Icah, keponakanku yang lain. Aku hanya tertawa.
“Tumbler Cinta mana mah?” tanya Cinta.
“Ini,” jawabku sambil menunjuk ke dalam tas yang siap ku bawa.
“Cinta bawa sendiri aja mah. Pakai tumbler kecil aja,” tambahnya.
“Ngapain bawa Cinta. Kan di kelas ada,” kata Bila.
“Malas ke kelas. Terus kalau kelas di kunci, berarti kan gk bisa ambil minum dari dispenser,” Cinta menjawab sambil mengisi tumblernya.
“Ya beli aja,” kata Icah.
“Gak mau ah. Enakan bawa minum pakai tumbler sendiri,” Cinta menjawab.
Sebenarnya Cinta dan dua keponakanku selalu membawa tumbler minum sendiri di sekolah. Kantin di sekolah mereka memang dibiasakan untum tidak menggunakan kemasan sekali pakai. Di setiap kelas juga tersedia air dispenser. Jadi jika botol minum kosong, mereka bebas mengisi ulang.
Namun di saat kegiatan ekstrakurikuler, kelas-kelas memang kebanyakan di kunci. Sehingga, murid-murid tidak bisa seenakny ke kelas untuk minum.
Menyiapkan tumbler dari rumah adalah pilihan yang paling pas.
Kegiatan Cinta Bumi yang bisa kulakukan hari ini, tidak jauh berbeda dari hari-hari sebelumnya.
