Migrasi Kartu SIM Fisik ke ESIM, Pikir Dulu Deh!

Sudah berapa lamakah penggunaan nomor ponsel di handphonemu? Untuk orang-orang seusiaku, alias genk milenial, bisa jadi banyak yang usia nomor handphone lebih dari 10 tahun. Aku punya 3 nomor handphone dari 2 provider yang berbeda. Usianya di atas 10 tahun. Kok banyak? Dulu penggunaan nomor tersebut untuk pribadi, pekerjaan dan tablet. Berasa pengusaha ya. Ha-ha. 

Seiring berjalannya waktu, salah satu nomor digunakan oleh keponakanku. Sampai saat ini, aku masih menggunakan dua nomor lainnya. Satu memang untuk pribadi. Yang satunya lagi, dulu nomor untuk bekerja, aku gunakan untuk kegiatan belajar online, komunitas dan lainnya. 

Saat masih sekolah, aku termasuk yang sering sekali mengganti nomor handphone. Saat mampir ke counter untuk membeli pulsa, ada nomer cantik yang terpajang, maka aku langsung membelinya. Suatu hari guru komputer di sekolah mendapatkan nomor simpati yang cantik. Beliapun menghadiahkannya padaku. Sebenarnya bukan hanya aku, tapi juga beberapa teman yang memang cukup akrab dengan beliau. 

Setelah lulus SMA sampai bekerja, nomor tersebut sebenarnya masih kugunakan. Sayangnya, karena menggunakan nomor lain, aku lupa mengisi pulsanya. Sehingga masa aktif habis dan kartu tersebut terblokir. 

Dulu aku mencoba mengurus lagi kartunya. Namun karena nomor tersebut kartu prabayar, petugas mengatakan aku tidak bisa mendapatkannya kembali. Berbeda dengan nomor pasca bayar. 

Beberapa pekan lalu, aku mengubah kartu SIM Matrix menjadi esim. Alasannya karena handphone yang biasa digunakan, sudah tidak bisa digunakan untuk menelpon. Handphone itu memang biasa hanya aku gunakan untuk menonton youtube kids. Ketika daya handphonenya habis, aku sering kerepotan mencari keberadaanya. 

Sayangnya mengurus kartu e-sim tersebut cukup merepotkan. Karena aku harus datang langsung ke gerai Indosat Ooredoo. Kerepotan tidak berhenti disitu saja. Karena ternyata nomorku yang merupakan nomor corporate, membutuhkan waktu lebih lama. Petugas harus mengirimkan email ke pusat untuk melakukan migrasi. Jadi tentu saja aku pulang dengan status menggantung. Ha-ha. 

Padahal seingatku aku pernah mengurus status corporate menjadi pribadi. Atau mungkin saja aku yang lupa. ✌🏻 

Petugas di gerai sebenarnya sangat membantu. Hanya saja aku yang sudah terbiasa melakukan laporan-laporan tanpa tatap muka, jadi merasa terbebani. Petugas menginformasikan dalam 3×24 jam kartu simku, bisa di migrasi menjadi esim. Tapi ternyata tidak sampai 6 jam, aku sudah mendapatkan email dengan lampiran code barcode untuk esim. 

Bahagia? Bahagia dong. Akhirnya handphone ku bisa menggunakan dua nomor dalam satu handphone. Sayangnya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Keanehan mulai terjadi. Nomor matrix yang juga kujadikan nomor whatsapp bisnis ternyata membutuhkan bantuan wifi untuk mendapatkan jaringan. Padahal paket internet kartu tersebut masih ada. 

Jadi saat aku keluar dari rumah, maka whatsapp bisnis tidak bisa mendapat atau mengirimkan pesan sama sekali. Namun nomor satunya dari kartu Halo dengan sim fisik, tidak ada gangguan sama sekali. Aku pernah mencoba menonaktifkan kartu Halo, sayangnya gangguan di whatsapp bisnis masih terjadi. Alhasil aku sering sekali ketinggalan informasi di whatsapp grup. 

Tampaknya handphone ku yang memang belum mendukung secara penuh penggunaan dua sim. Ingin rasanya kembali mengubah esim ini menjadi sim fisik, tapi lokasi gerai yang agak jauh dan sering macet, membuat makin menurun prioritasnya untuk dilakukan. Apalagi nomor ini juga bukan nomor utama. 

Ada yang punya pengalaman serupa? 

Tinggalkan komentar