“De, coba deh perhatikan. Ibu itu sering banget lho berlebihan. Gak semua orang harus disenangin. Kalau memang gak bisa, gak mampu jangan dipaksakan deh,” kata mbakku suatu hari. Awalnya aku tidak paham apa maksud perkataan mbakku.
Yang aku tahu, ibuku memang sangat suka berbagi. Saat ada acara di rumah, maka tetangga dan keluarga besar akan dibagikan makanan yang jumlahnya banyak. Saat ada yang bertanya “gak kebanyakan?” Maka ibu akan menjawab “Ya gak enak dong kalau sedikit,”
Di lain waktu aku mendengar ibuku yang berkeluh kesah, karena mbakku terlihat “abai’ saat ada keluarga jauh yang memiliki acara. Ibuku keberatan karena ternyata hadiah yang diberikan mbakku terasa sedikit.
Sebagai anak bungsu yang selalu jadi tempat persinggahan segala keluh kesah, akhirnya aku menyadari kalau sudut pandang ibu dan mbakku berbeda. Mbakku, seberapa pun hadiah yang diberikan harus berdasarkan kemampuan. Benar kan ya! Sebaliknya ibuku, hadiah dari orang lain harus diingat dan dikembalikan sesuai, kalau bisa melebihi dari yang diberi. Tentu saja, aku cenderung lebih setuju dengan mbakku. Kita tidak punya kewajiban untuk memberi kembali hadiah. Jika memang ada rezekinya, kenapa tidak. Memberi lebih dari yang diberi, memang baik. Yang penting tidak harus memaksakan kan.
Nah, sayangnya rasa ingin berbagi ini sering kali terasa berlebihan. Misalnya saat kami keluar kota dan membawa oleh-oleh. Ibu sering kali ingin membeli banyak barang. Lalu apa yang biasa aku lakukan untuk mengerem rasa ingin memberi ibu.
- Membuat daftar. Aku selalu meminta ibu untuk menuliskan daftar orang-orang yang akan diberi oleh-oleh.
- Menentukan jenis oleh-oleh yang akan diberi. Kadang ibu ingin membeli banyak makanan khas suatu daerah. Sayangnya tidak semua makanan itu cocok di lidah kami. “Beli makanan yang bakal kita makan bu. Kalau kita aja gak suka, bagaimana orang lain,” kataku mengingatkan ibu.
- Campur atau dipilih. Jika jenis makanan yang dibeli cukup banyak tapi jumlahnya sedikit, maka aku selalu menyarankan ibu untuk mengoplos atau mencampurkanya. Jadi dalam satu keresek oleh-oleh, ada banyak makanan yang dibungkus kecil-kecil. Meminjam kata-kata tetanggaku “sedikit tapi bisa merasakan semua” Ha-ha.
Sayangnya cara itu hanya bisa digunakan untuk oleh-oleh berupa makanan. Berbeda dengan oleh-oleh berupa daster atau baju. Cara termudahnya hanya tidak membawa ke pasar atau toko sovenir baju. He-he.