Menggendong Adik dan Kakak Bersama

Sudah sejak lama, saya ingin mencoba menggendong tandem, depan-belakang. Sayangnya, keinginan itu lama baru bisa direalisasikan. Billa, anak kakak saya yang ketiga, selalu menolak jika saya menawarkan menggendong dengan wrap. Bukan hanya dengan saya atau gendongan wrap, tapi dengan ibu atau ayahnya pun mau digendong ketika akan pulang saja. Karena anaknya sudah bisa berlari ke sana kemari, menggendongpun jadi berkurang. Lanjutkan membaca “Menggendong Adik dan Kakak Bersama”

Anak Suka Melihat ke Depan Saat Digendong

Sejak mengenal ilmu babywearing, saya cukup tidak sabar untuk menggendong anak di punggung. Beberapa orang menyarankan di atas 6 bulan, saat anak mulai bisa duduk dan kepala tegak.

Saya mulai mencoba-coba gendong belakang di 5 bulan usia Cinta. Saat itu, waktunya hanya sebentar dan saya menggunakan gendongan jenis SSC (Soft Structure Carrier). Tidak lama. Kurang dari 5 menit saya menggendong dengan posisi tersebut. Kenapa? Saya masih belum percaya diri. Selain itu, saya jga kesulitan melihat Cinta, karena posisinya yang masih di bawah. Lanjutkan membaca “Anak Suka Melihat ke Depan Saat Digendong”

Front Wrap Cross Carry – Teknik Dasar Menggendong dengan Wrap

Front Frap Cross Carry atau yang biasa disebut FWCC merupakan teknik dasar dalam menggendong menggunakan wrap. Meski dasar, teknik ini palig sering saya gunakan dan paling nyaman (menurut saya).

Selain itu, satu lapis kain yang melilit anak tidak gampang membuat gerah. Apalagi untuk Balikpapan yang cuacanya suka gak santai 😎.

<
gar lebih cantik, FWCC bisa menggunakan beberapa ikatan akhir untuk mempercantik. Misal dengan slip knot atau tub (tied under bum).
Lanjutkan membaca “Front Wrap Cross Carry – Teknik Dasar Menggendong dengan Wrap”

Bebas Beraktivitas dengan Menggendong

Pagiku Cerahku,

Matahari Bersinar, 

Kugendong Cintaku, Di Pundak … 

*Sambil nyanyi*
Lanjutkan membaca “Bebas Beraktivitas dengan Menggendong”

Kopdar 6 Balikpapan Babywearers

Duuluuuuuu sekali, berkomunitas selalu saya anggap tidak penting. Saya yang kesulitan dalam bersosialisasi, tidak begitu menyukai berada di tengah-tengah banyak orang. Tapi sekali lagi itu dulu. Sekarang semua sangat berubah. Boleh jadi saya masih kesulitan bersosialisasi. Tidak bisa berbasa-basi atau memulai topik baru. Tapi, berkomunitas ternyata membuat saya menjadi lebih “waras”. Terutama setelah menikah dan punya anak. Ingin berbagi dengan lingkungan sekitar menjadi candu tersendiri. Lanjutkan membaca “Kopdar 6 Balikpapan Babywearers”