Aliran Rasa Game Level 10 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng

Membaca adalah salahsatu hobi yang saya contoh dari bapak. Komunikasi saya dan bapak sejak kecil, tidaklah sebaik saat saya dewasa. Namun dengan membaca saya merasa sangat dekat dengan bapak. Tapi apakah hobi daya itu, juga akan disukai oleh Cinta dan Rangga? Entahlah.

Lanjutkan membaca “Aliran Rasa Game Level 10 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng”

[Game Level 10, Hari 10] : Dodo Raksasa yang Baik Hati

Di sebuah hutan nun jauh, hiduplah seorang raksasa. Ia hidup sebatang kara. Dulua, ia tidak sendiri, namun lambat laun keluarga dan teman-temannya meninggal. Namanya, Dodo.

Dulu, raksasa dan manusia hidup berdampingan dengan damai. Karena hanya ia raksasa yang tersisa, Dodo khawatir membuat takut manusia. Iapun mengasingkan diri ke hutan. Sebisa mungkin ia menghindari manusia.

Hingga suatu hari, dibangunlah sebuah rumah sakit didekat rumah Dodo. Rumah sakit itu, untuk anak-anak. “Kasian sekali mereka. Aku ingin menghibur, tapi kalau mereka ketakutan bagaimana ya,” batin Dodo. Akhirnya Dodo mengurungkan niatnya mengunjungi anak-anak tersebut. Setiap pagi, Dodo hanya mengintip dari balik gunung.

Setiap pagi, di rumah sakit tersebut selalu berolahraga bersama. Kemudian dokter dan perawat akan membacakan surat yang dikirimkan dari sesama penghuni rumah sakit.

Dodopun memiliki ide untuk mengirimkan surat darinya.

Teman-teman, kenalkan namaku Dodo. Aku ingin pak Dokter menyanyikan lagi yang riang gembira khusus untuk semua teman-teman.

Tulis Dodo dalam surat. Pak dokter kebingungan. Siapakah Dodo? Tapi, pak dokter tetap menyanyikannya. Anak-anakpun bernyanyi sambil menari. Mereka sangat bahagia, karena mendapatkan request lagu khusus untuk mereka.

Tanpa sadar, Dodo ikut menari. Semua penghuni rumah sakit, akhirnya menyadari ada raksasa yang ikut menari bersama. Merekapun langsung menuju ke rumah Dodo. Tapi, Dodo belum menyadarinya. Saat sadar kalau dokter dan anak-anak menyaksikannya menari, Dodo langsung pucat. Ia khawatir semuanya marah atau ketakutan.

“Jadi kami yang namanya Dodo,” tanya pak dokter.

“Iya”

“Wah, terima kasih Dodo. Kami senang sekali ada yang memberikan kami lagu. Ayo, menari bersama kami,” kata anak-anak.

Ternyata Dodo selama ini salah. Anak-anak tidak takut atau membencinya. Dodopun kembali berteman dengan manusia.

[Game Level 10, Hari 9] : Makan Bersama-sama

Di pagi yang cerah, ada seekor burung yang sedang terbang di hamparan sawah. Ia adalah Zizi. Ia sedang menikmati udara pagi yang segar.

Lagi asyik-asyik terbang, tiba-tiba perutnya berbunyi. Oo ooo, tampaknya ia sedang lapar. Iapun hinggap di suatu tempat.

“Wah, ada makanan,” batinnya. Iapun mematuk-matuk makanan di tempat ia hinggap.

Tak lama kemudian, Zizi melihat Zola. Zizipun memanggil Zola untuk makan bersama-sama.

Tuk tuk tuk tuk….

Beberapa saat kemudian, Zaza dan Zuzu juga ikut bergabung. Makan bersama-sama sungguh menyenangkan. Apalagi Zizi mau berbagi.

[Game Level 10, Hari 8] : Elpha Bilang Maaf

Pernahkah melihat anak susah mengatakan maaf? Mungkin. Apalagi jika kita orang dewasa berat mengatakannya, anak-anakpun akan kesulitan. Selain berat mengatakan dan bukan tulus dari hati, akan mempersulitnya lagi.

Dongeng yang saya kisahkan di hari ke 8, masih dari karya Watiek Ideo yaitu, Elpha Bilang Maaf. Karena mendongeng tanpa bantuan buku, maka ceritanya sedikit mendapatkan tambahan di sana-sini. Hahaha

Lanjutkan membaca “[Game Level 10, Hari 8] : Elpha Bilang Maaf”

[Game Level 10, Hari 7] : Kiki Bilang Permisi

Mendongeng hari ke 7, saya ambil dari cerita karya Watiek Ideo yang berjudul “Kiki bilang Permisi”.

Kiki adalah seekor anak kucing yang baru saja pindah rumah. Sekolahnya pun baru. Ia belum memiliki teman. Namun, ia tetap semangat berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah, ternyata kela sudah ramai.

“Permisi, boleh aku duduk di sini.” tanyanya.

“Maaf kursi ini sudah ada yang menempati,” kata temannya.

Lanjutkan membaca “[Game Level 10, Hari 7] : Kiki Bilang Permisi”

[Game Level 10, Hari 6] : Aku Suka Beres-Beres

Beberapa hari ini, rumah terlihat lebih berantakan dari biasanya. Rumah memang biasa jadi tempat persinggahan para keponakan dan sepupu. Namun, kali ini tampaknya saya perlu menyiratkan kembali pentingnya rumah yang bersih dan rapi (versi keluarga kami).

Lanjutkan membaca “[Game Level 10, Hari 6] : Aku Suka Beres-Beres”

[Game Level 10, Hari 5] : Nemo Si Ikan Badut

Pagj tadi, Cinta melihat box memancing papahnya terisi penuh. “Mamaaaaa, lihat ikannya banyak,” teriak Cinta.

Saya dan adiknya pun menghampiri. Kami ikut melihat-lihat. Setelah dirasa cukup puas, kamipun menuju perpustakaan mini kami.

Lanjutkan membaca “[Game Level 10, Hari 5] : Nemo Si Ikan Badut”

[Game Level 10, Hari 4] : Aya dan Giginya

Sore itu, langit tampak mendung. Aya si buaya sedang asyik berendam sambil memejamkan matanya, sambil membuka mulutnya. Gigi-giginya yang tajam ia pamerkan.

Tiba-tiba, datanglah seekor burung pipit. Burung itu, hinggap di atas hidung Aya. Tampaknya, si pipit tidak menyadari kalau ia berada di moncong seekor buaya.

Lanjutkan membaca “[Game Level 10, Hari 4] : Aya dan Giginya”

[Game Level 10, Hari 3] : Sisi Bilang Terima Kasih

Belajar mendongeng, memang menantang. Intonasi suara dan jalan cerita, saling melengkapi satu sama lain.

Hari ini, semua kakak sepupu berkumpul di rumah. Saya, sedikit ragu-ragu untuk memulainya.

Lanjutkan membaca “[Game Level 10, Hari 3] : Sisi Bilang Terima Kasih”

[Game Level 10, Hari 2] : Menyayangi Bumi

Di samudera yang luas membentang, hiduplah sekelompok lumba-lumba. Mereka senang sekali melompat-lompat di permukaan.

Sesekali, mereka bertemu dengan kapal nelayan yang sedang mencari ikan.

Lanjutkan membaca “[Game Level 10, Hari 2] : Menyayangi Bumi”