Bukan Siapa-Siapa – Ajahn Brahm 

Seni Memadamkan Keakuan 

Kita semua ingin hidup berjalan lancar, akan tetapi segala sesuatu jarang berjalan sesuai yang diharapkan”

  
Buku Bukan Siapa-Siapa adalah buku keempat Ajahn Brahm yang saya baca. Seperti buku-buku sebelumnya, Cacing dan Kotoran Kesayangannya, buku ini berisi ceramah-ceramah Ajahn Brahm diberbagai tempat. Tanpa mempersoalkan agama yang ia anut, menurut saya buku-buku karyanya mengajak pembaca untuk menempatkan diri, menerima diri, dan mau mengevaluasi diri. 
Dalam bukunya kali ini Ajahn Brahm membantu pembaca menanggalkan terpaan angin kehidupan. Buku ini disajikan dengan bahasa yang sederhana dan gaya humornya yang khas. Namun, bagi saya buku ini cukup “berat” dibanding buku Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Bagaimana tidak, setiap kali saya melanjutkan membaca cerita yang terhenti, saya harus mengulangnya dari awal. Ya, dari awal. Bahkan terkadang, saya harus membaca satu bab hingga beberapa kali (fiuhhh 😓). Boleh jadi karena tulisannya kali ini banyak berbicara soal agama yang ia anut. Sedang Buku Cacing dan Kotoran Kesayangannya, menghadirkan cerita yang lebih umum. 

Ada 11 bab cerita yang disajikan buku ini. Di antaranya Gambaran Besarnya, Membawa Batin Pada Kekinian, Mengembangkan Penyadaran, Obat Bagi Batin, Kekuatan Kebijaksanaan, Pemadaman dan Wawasan Cerah yang Mengikutinya, Menghargai Kebahagiaan Sejati, Kebahagiaan Datang dari Melenyap, Jadikan ini yang terakhir Kalinya, dan Mendaki Piramida Samadhi. 

Menghargai Kebahagiaan Sejati merupakan bab yang saya suka. Dalam bab tersebut Ajahn Brahm menggambarkan jika ingin bahagia manusia harus “rela” melepas tubuhnya. Rela yang dimaksud adalah tidak terganggu oleh keadaan sekitar. Menurutnya, bukan terganggu pada suara bising, tapi kitalah yang mengganggu suara-suara. Kita yang melibatkan diri pada suara-suara sekitar, dan alih-alih membiarkan suara itu. Sama halnya dengan rasa sakit dan nyeri pada tubuh, serta pikiran. Bukan pikiran yang mengusik kita, tapi kitalah yang mengusik pikiran dengan bereaksi terhadapnya. Usikanlah yang menciptakan makin banyak pikiran. Jadi, kita perlu mengingatkan diri, bahwa apapun yang terjadi, itu harus terjadi. Tidak ada gunanya menghakimi, menilai, atau menyalahkan diri. 

Jika ingin menjadi siapa-siapa, buku ini saya rasa kurang tepat. Karena buku ini membuat seseorang menjadi bukan siapa-siapa. 
Judul Buku       : Bukan Siapa-Siapa; Seni Memadamkan Keakuan 

Judul Asal         : The Art of Disappearing; The Buddha’s Path to Lasting Joy

Penulis             : Ajahn Brahm 

Penerjemah    : Tasfan Santacitta 

Penerbit           : Awareness Publication 

Terbit                : Cetakan I, Februari 2013

Tinggalkan komentar