Perjalanan Menjadi Ibu – Part 1 

Menggendong sama saja dengan memeluk. Dan memeluk atau dipeluk itu menenangkan hati

Hobi banget ngegendong? Gak capek? Bau tangan lho? Bla.. bla.. bla..

Pertanyaan di atas, boleh jadi lebih banyak lagi. Bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk para orangtua lain yang emang suka menggendong anaknya.

Pertanyaan serupa, memang pernah dilontarkan ibu saya. Beruntunglah, meski bertanya, ibu tidak mempermasalahkannya. Malahan, ibu juga suka menggendong Cinta.

Sejak sebelum menikah, ada banya rencana pola asuh yang saya siapkan. Pola asuh terdahulu, tidak serta merta saya ikuti atapun tolak. Mana yang baik dan bisa tetap digunakan, akan saya jalankan. Satu hal yang saya tanamkan dalam hati, saya ingin Cinta mencintai saya setulus hatinya. Mengingat dan mengenang saya. Seperti saya mengenang Mbah Min.

Menggendong adalah hobi Mbah Min. Kapanpun dan di manapun mbah Min selalu menyukai menggendong anak kecil. Dan yang tidak pernah saya lupa. Mbah min, suka menggendong saya di teras rumah saat saya sakit atau tidak bisa tidur. Dan ini juga saya lakukan untuk Cinta. Saya bernyanyi, bersalawat dan bahkan sambil bercerita. Mengenalkan lingkungan dan alam di malam hari. Mbah min juga lah yang mengajarkan saya kalau menggendong bukan hanya menciptakan bonding, tapi juga memori yang akan terkenang nantinya. Jadi setiap menggendong Cinta, saya pun teringat Mbah Min.

Menggendong ternyata juga ada masanya. Tidak perlu menunggu anak mulai berjalan. Saat Cinta sudah mulai tengkurap, dia pun lebih memilih untuk bermain di lantai. Dan ini membuat saya sedikit patah hati. Ditambah lagi, ketika Cinta sudah bisa menggunakan SSC, papahnya makin bersemangat menggendong. Makin patah hatilah saya. Meskipun saya juga bahagia, karena bonding antata mereka akan tercipta.

Apalagi yang membuat saya makin bersemangat menggendong? Nindy, Aisyah, Billa. Kok mereka? Sejak kecil saya sudah sering jalan-jalan dengan bayi, menggunakan stoller atau menggendong sudah jadi makanan. Jadi, dorong2 stoller sudah puas saya lakukan dulu.

Karena bagi anak, orangtua adalah dunianya

Ya, itulah yang paling membahagiakan. Saat Cinta bangun dari tidurnya, orang yang pertama kali dicari adalah saya. Ahh.. rasanya meleleh. Ternyata saya adalah orang yang sangat penting. **lebay mode on**. Serius, orang seperti saya boleh jadi “tidak penting” bagi orang lain. Tapi begitu menjadi seorang ibu dan menjadi orang yang paling penting untuk anak, itu sangat membahagiakan. Dan mungkin ini juga yang ibu saya rasakan. Ada kepedihan ketika saya bisa mandiri. Meski ketika masih bergantung, ibu kerap mengomel. Tapi saya yakin, dia menyukai ketika saya masih “bergantung” padanya.

Perjalanan menjadi ibu belum lama di mulai. Saya yakin banyak pengalaman seru menanti saya, suami, Cinta dan adik-adiknya nanti.

PS: Sebentar lagi Cinta akan mulai MPASI, kita lihat bagaimana perjalannya. 

Tinggalkan komentar