Carseat Oh Carseat

Suami : “Sori ya, mobilnya penuh”

Teman: “Apa ini?”

Suami: “Carseatnya anakku, males diturun naikkan. Kecuali istri harus bawa mobil yang satunya atau aku keluar kota, baru di pindah”

Teman: “Carseat? Apa itu”

Deeennnggg

Suami: “Kursi buat anakku kalau naik mobil”

“Baru denger”, “Tega dudukin sendiri?”, “Mau anteng?” Dan masih banyak lagi pertanyaan seperti itu. Tidak hanya dari orang lain. Pada saat pertama kali membawa pulang carseat, ibu sayalah yang pertama kali berkomentar “kok tega!” Haha.

Penggunaan carseat memang kurang tersosialisasi dengan baik. Tidak hanya ibu, suami sayapun tadinya tidak begitu peduli penggunaan carseat. Istrinya boleh beli carseat karena minta, haha.

Saya mengenalkan carseat ke Cinta saat usianya 30 hari. Terlambat memang. Karena saat itu, carseat baru bisa dikirim setelah kelahirannya.

Jika melihan postingan anak-anak pengguna carseat tampaknya mudah. Tapi bagi saya, tidak semudah minum es teh **bawan puasa 🤤*

Mengenalkan carseat memang harus disepakati bersama. Kalau tidak, ya kayak saya, begitu anak nangis di carseat suami langsung memerintahkan mengangkat anak. Karena masih cukup kecil mengenalkan carseat pada Cinta, menurut saya dulu cukup mudah mengajaknya duduk manis di carseat.

Dramapun Dimulai

Tapi semua berubah ketika Cinta mulai bisa merangkak dan merayap kemana-mana. Ditmbah lagi, keponakan yang sering ikut saya jalan-jalan suka jumpalitan di mobil. 😭😭😭

Terinspirasilah Cinta.Baru diletakkan di carseat, Cinta minta turun. Maunya bermain dengan kakak-kakaknya. Rasanya gemes-gemes gimana gitu. 🙂

Belum lagi, saat saya harus menyetir sendiri. Cinta maunya saya pangku. Nyetir mobil pun batal. Ataupun kalau terpaksa, tutup kuping saja dengan jeritan tangisannya.

Tiba-tiba…

Belum lama ini saya harus mengambil oven di rumah kakak saya. Suami sedang memancing. Otomatis, saya harus membawa mobil sendiri. Bingung setengah mati. Ibu tidak memungkinkan saya titipi. Jadilah sesaat sebelum pergi saya bilang. “Nta, mama mesti ambil oven di rumah ibu. Cinta duduk di carseat, okey? Cinta bisa lihat bendera lho kalau duduk di carseat.” Ujar saya. Yak, bendera, balon, ikan, dan bebek adalah sesuatu yang disukai Cinta.

Sesaat sebelum naik mobil pun Cinta menikmati donat.

Begitu akan berangkat, saya dudukkan dia di carseat. Dia diam. Lalu dia bilang “Ma, nlon Ma,” artinya Ma, Balonku Ada Lima 😆. Jadilah saya beri dia sebuah balon, dan sepanjang perjalanan kami bernyanyi balonku ada lima.

Pulang pergi berjalan lancar.

Keesokan harinya, ketika si bapak mengajak Cinta dan kakak-kakak ngbuburit. Cinta mogok lagi duduk di carseat.

Syeeeediiiihhh

Eh, keesokan harinya ketika akan men gantar ibu ke bank, saya membawa serta kakak-kakak. Pasrah deh kala Cinta tidak mau duduk di carseat lagi. Ternyata, saya salah. Dia malah langsung anteng. Dan mengajak kakak-kakak kembali bernyanyi.

Semoga tidak ada drama lagi. Merdekaaaaa!!

Tinggalkan komentar