Jelajah Kota Balikpapan (Bagian 1) : Pemancingan Ikan di Gunung Tembak

Belajarlah dari Alam karena Alam bisa memberikan pembelajaran & keindahan yang tak ternilaikan.

Saya memang tidak bisa move on dari pepohonan. Setiap melihat pepohonan, rasanya tenang dan damai. Selasa lalu, saya, suami dan Cinta menjelajah di kawasan Balikpapan Timur. Rasanya, kayak bukan di Balikpapan, he-he.

Perjalanan kami ke arah timur Balikpapan, bermula karena adanya rencana memancing bersama keluarga yang lain. Karena belum pernah memancin di kolam pemancingan, suami mengajak untuk mengecek lokasinya. Setelah bertanya di grup Bubuhan Mancing Balikpapan (BMB), suami direkomendasikan Pemancingan Widuri. Saya rasa, Pemancingan Widuri sejak dulu sudah terkenal. Boleh jadi, pengelolaannya juga profesional.

Keputusan pertama, kami akan ke Pemancinga Widuri. Namun, selama perjalanan, suami meminta saya melihat channel youtube salah satu pemancing di Balikpapan. Ia memancing di kawasan gunung tembak. Bow, si pemancing, memberi arahan lokasi di kolom komentar. Suami, tergoda. Lokasi pemancinganpun sebelum Pemancingan Widuri. Jadilah kami belokan setir ke arah kanan. Ke arah pasar di Gunung Tembak. Berbekal arahan di kolom komentar, kami malah nyasar 😂. Jalannya kecil, hanya bisa dilalui satu mobil. Masih tanah. Yang menyenangkan saya, tentu saja banyaknya pepohonan. Jika ingin mengetahui lokasinya, bisa klik di sini.

Untungnya, ada warga yang lewat. Kamipun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya. Soalnya, tanya sama rumput mereka cuma goyang-goyang. *apa sih*🧐

Seorang bapak yang baik hati dan ramah, mengantarkan kami ke tujuan yang benar. Jalannya, sama saja seperti sebelumya. Kecil dan masih tanah 😁.

Entah berapa jarak perjalanan yang kami tempuh. Saya merasa hampir 3 kilometer. Tapi itu perasaansaya lho. Entah oleh om Google diukur berapa.

Kamipun akhirnya menemukan kolam tambak. Airnya surut dan tidak ada seorangpun yang terlihat. Saya dan suami terus menduga-duga.

Tidak berapa lama kemudian, lewatlah seorang bapak menggunakan motor. Lagi-lagi, oleh suami bapak tersebut dihentikan. Suami bertanya banyak.

Eh ternyata, kolam yang disebut-sebut banyak orang masih ada di depan. Tidak terlalu jauh. Si bapaklah pemiliknya. Beliau mengajak kami ikut menuju kolam pemancingannya.

Ketika melewati jembatan kayu, saya sangat ragu. Tapi suami yakin bisa melewatinya. Apalagi si bapak juga mengatakan kalau jembatan itu bisa dilewati mobil.

Sayangnya, rasa ragu sayalah yang menang. Suami terlalu mengambil banyak jalan di kiri. Ban mobilpun terperosok. 😨😰😱

Bisa dibayangkan bagaimana paniknya saya. Mau keluar mobil eh sebelah saya sudah air. Mau diamdi mobil, malah tambah takut mobil terperosok lalu saya tidak bisa keluar. *efek kebanyakan nonton film*

Saya dan suami sama-sama bingung. Bagaimana caranya. Saya dan suami bertukar peran. Setelah mengeluarkan Cinta, saya yang mengambil alih kemudi. Suami, mencoba menahan ban dengan batang kelapa. Alhamdulillah, mobil kembali ke jalan yang benar*eaaaaa*. Dan karenasaya takutkejadian itu terulang lagi, saya memaksa suami memarkirkan mobilnya di tepi saja. Kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Tidak jauh. Tapi lumayan juga💪🏻.

Sesampainya di lokasi pemancingan yang dituju, saya dibuat takjub oleh kebesaran Allah SWT. Mata saya dimanjakan dengan hutan bakau yang membentang. Telinga saya, dimanjakan dengan suara-suara burung, jangkrik daaaaaan ombaaaak 😭. Rasanya ingin menangis karena terharu. Ya, pemancingan ini sungguh dekat dengan pantai.

Ternyata dekat dengan kolam Pemancingan ini juga merupakan budi daya Kepiting Soka.

Masuk ke kolam pemancingan ini, pengunjung tidam perlu membayar apapun. Harga ikan yang didapat, dihitung Rp 70.000 perkilo. Lumayan memang. Tapi untuk orang yang hobi memancing, tidaklah masalah. Ada kepuasan yang mereka capai.

Jalan-jalan kali ini, bukan hanya suami yang bahagia. Tapj juga saya dan Cinta. Suami terpuaskan hobinya memancing. Saya, puas menikmati alam. Cinta, bahagia melihat dan bereksplorasi langsung alam. ❤️❤️❤️

Tinggalkan komentar