Game Level 1 Hari 9 : Komunikasi Produktif – Contoh yang Baik Akan Diikuti

Setelah mengerjakan tantangan di Game Level 1 ini, baru saya sadari kalau setiap hari saya selalu ada aktivitas di luar rumah. Baik yang direncanakan ataupun tidak. Dan tentu saja, ini membuat semangat belajar komunikasi produktif saya semakin terpacu.

Boleh jadi, saat aktivitas di luar rumah saya bisa mengendalikan diri. Tapi bagaimana jika di dalam rumah, hahaha.

Hari ini, lagi-lagi rumah ibu saya kedatangan cucu-cucunya. Kayaknya mereka tidak ke rumah kalau rumah kosong deh. Sehari gak ke rumah, mereka bisa sawan. 🤣

Karena sedikit ngantuk, selesai suami sholat jumat saya minta izin untuk istirahat. Suami, saya minta untuk mengawasi anak-anak. Suami membiarkan anak-anak bermain sesuka hati. Dengan catatan hanya di dalam rumah dan menggunakan mainan yang mudah diraih.

Setelah satu jam saya hibernasi, suasana rumah tampak hening. Saya tanya ke suami, sedang apa anak-anak, kok sepi. “Lagi nonton youtube, pake yang anak-anak. Nindy yang bertugas mengawasi,” kata suami. “Udah, tidur lagi aja,” lanjutnya.

Hmmm, kok, perasaan saya gak enak 👀. Saya memutuskan bangun dan ke luar kamar. Turun dari tempat tidur, kok ngeres ya? Begitu keluar, jeng, jeng. Dari ruang tamu, ruang keluarga, kamar ibu, hingga dapur berserakan pasir kinetik, mainan, buku dan entah apalagi.

Baik! Tarik nafas dulu. Saya memilih diam tidak berkata apa-apa. Khawatir, kalau ngomong malah berkicau seperti burung. Segera saya ambil sapu di dapur. Begitu melihat saya, Cinta segera menghentikan aktivitas menontonnya. Ia bertanya apa yang akan saya lakukan.

“Mama mau nyapu dulu. Kakak minggir dulu ya, biar mama bisa bersihkan rumah,” jawab saya sambil berjongkok. Supaya mata kami bisa saling menatap. Cinta mengangguk, iapun segera berlari ke ruang keluarga. Saya sempat mengira, ia menuju kamar tidur. Ternyata, ia membantu saya membereskan mainannya yang berserakan. Satu persatu di kumpulkan dan ditaruh. Di moment ini, rasanya pengin gantungin handphone di leher biar bisa memotret Cinta. Tapi saya urungkan. Dengan hati riang, saya juga mengumpulkan mainan yang lain. “Masya Allah, Cinta bantu mama beres-beres. Makasih sayang,” ujar saya sambil memberikan pelukan dan ciuman.

Setelah selesai membereskan mainan, Cinta mengikuti saya ke kamar tidur. Ia segera mengmbil sapu lidi, untuk membersihkan tempat tidur. Selesai. Saatnya saya melanjutkan menyapu lantai. Cintapun saya minta ngobrol dengan papahnya di teras depan.

Bahagianya saya, bisa mengendalikan emosi, dan dibantu membereskan rumah. Terkadang, bukan hanya ucapan positif yang diperlukan, tapi juga tindakan yang tulus, agar anak bisa menirunya.

Tinggalkan komentar