Sejak senin, saya sudah merasa deg-degan menyambut tahap kepompong. Khawatir lupa setoran jurnal jadi alasan. Apalagi tantangan dan puasa bukan cuma ala-ala saja. Puasanya pun sungguh-sungguh. WAG keluarga dikunci. Saling menyemangati atau mengingatkan saudara satu keluargapun tidak boleh.
Huhuhuu. Kalau dibayangkan, rasanya sepi sekali. Tapi ditahap ini, kami harus menahan diri.
Tantangan yang saya pilih kali ini ada dua. Pertama kembali rutin berolahraga dan aktivitas bersama anak-anak. Kok? Dalam peta belajar saya, olahraga masuk dalam kategori me time. Dan beraktivitas bersama anak juga ada di dalamnya. Maka saya memilih keduanya untuk menemani saya di 30 hari ini.
Kok dua? Kenapa tidak satu-satu? Kalau bisa dua kenapa satu *eh apa sih!*. Gak ding. Bagaimana agar keduanya bisa berjalan beringan?
Jalan pagi keliling kampung saya jadikan tantangan selama 30 hari ini. Olahraga dan aktivitas bersama anak-anak bisa terpenuhi bersama.

Dan voila, pagi ini Cinta dan Rangga kompak bangun subuh tanpa diminta. Biasanya harus diunyel-unyel dulu. Apalagi mereka tidur malam agak larut. Saya agak kasihan sebenarnya.
Bahkan saya sempat memutuskan, udahlah mereka tidur lagi aja 🙈🤭. Tapi karena Rangga mendengar suara neneknya di teras, dia langsung berteriak “Maaa, nene uar. Ayooo, alaaan. Taaaaa, ayooooo,” (red: Maa, nenek di luar. Ayo, jalan. Cinta ayo)
Cinta yang juga bersemangat membuat saya makin terpecut lagi. Olahraga sendiri memang nikmat. Tapi jika anak- anak juga melakukannya, kebahagiaan sayapun bertambah.
Dan pagi ini, kami berhasil jalan 2 km, berkeliling kampung, mencari ayam, dan menyapa tetangga yang juga beraktivitas pagi.
💪🏻😁