Kita sudah pernah mendengar kan, kalau perempuan perlu mengeluarkan duapuluh ribu kata dalam sehari. Jauh berbeda dengan laki-laki yang hanya tujuh ribu kata. Alhamdulillah, saya punya wadah untuk menyalurkannya. Jadi, tidak perlu ada emosi yang tertahan karena duapuluh ribu katanya tidak tersalurkan.
Tapi bagaimana dengan para nenek. Dari yang saya tahu, tidak semua nenek masih menjalin komunikasi dengan teman-temannya.
Ibu dan mama mertua adalah diantara yang mendapatkan kesempatan masih menjalin komunikasi dengn teman-teman dan lingkungan sekitar tempat kami tinggal. Ikut pengajian atau ngobrol dengan tetangga masug menjadi bagian keseharian mereka.
Namun, aku merasa itu belum cukup untuk mereka. Mungkin hanya perasaanku. Karena itu, disetiap kesempatan aku selalu memancing mereka bercerita. Ibu dan mama mertua, memang cukup pemalu. Lebih banyak mendengarkan orang lain berbicara. Namun, ketika berada di rumah, aku sering merasa mereka butuh kesempatan untuk didengarkan.
Dan disinilah, aku merasa punya peran. Bukan sebagai sesama ibu. Tapi sebagai anak dan teman yang mendengarkan. Ibu dan mama sama-sama, kurang suka menulis atau mengetik chat. Jadi ketika aku menghubungi lewat chat, pilihannya adalah tidak dibalas atau langsung ditelpon beliau. Bertolak belakang denganku, yang lebih suka berkomunikasi lewat tulisan. Ha-ha.
Lagi-lagi aku tidak boleh egois. Di masa-masa inilah aku juga belajar sebagai pendengar yang baik. Setelah puluhan tahun beliau-beliau yang menjadi pendengar anaknya.
Bosan? Ngobrolnya sih gk bosan. Tapi kalau temanya tidak aku suka, itu sebenarnya cukup berat. Apalagi ibu salahsatu fans penyanyi dangdut. Setiap hari tidak ada cerita yang terlewat. Apalagi aku yang masih tinggal dengan ibu, tentu harus bisa bernegoisasi. Kalau duapuluh ribu kata ibu tidak tersalurkan, bisa saja anak-anak yang terkena omelannya.
Gak pantas kan kalau kita ngomelin orangtua, padahal kita tau apa sumbernya.
Pola asuh terdahulu, memang tidak bisa lagi diandalkan di masa sekarang. Kita tentu punya cara asuh yang berbeda. Tiap keluarga tidak akan sama. Meski begitu, bukan berarti kita bisa menyalahkan masa lalu. Berdamai saja. Dan coba berusaha untuk lebih baik lagi.
Karena aku yakin, yang telah lalu ikut membentuk kita di masa kini.