Delapan tahun lalu , saat keinginan resign memuncak aku tak punya rencana apa-apa di masa berikutnya. Yang aku pikirkan, saat itu hanya menjernihkan pikiran. 4 tahun bekerja tanpa cuti. Beneran gak cuti? Cuti sih. Tapi masa cuti aku pakai untuk mengerjakan pekerjaan lain. Workaholic sekali ya. Sayangnya, semangat bekerja itu tidak sepadan dengan hasilnya. Ha-ha. Terlalu baik pada seseorang yang tidak baik itu juga tidak baik. *Eh apa sih*
Yang ada dibayanganku saat itu hanyalah menyelesaikan kuliah yang tertunda sangat lama dan menghabiskan waktu bersama ibu bapak di masa pensiun mereka. Akhir pekan yang selalu kuhabiskan bersama keduanya, tampak sangat-sangat kurang. Aku ingin menghabiskan waktu lebih lama dan berkualitas sebelum aku menjadi miliki orang.
Miliki orang? Padahal punya calon saja saat itu tidak ada. Aku hanya mengalir seperti air. Fokus pada orangtua. Bapak yang sakit sejak aku kecil, membuatku punya kriteria khusus mencari pendamping hidup. Apakah bisa berlapang dada, jika aku meminta waktu untuk merawat bapak. Meski kedua orangtuaku paham benar, anak perempuan akan menjadi milik suaminya setelah menikah.
Dan benar, setelah kita pasrahkan diri pada Allah, semua tampak berjalan sangat lancar tanpa hambatan. Allah menjawab doa-doaku untuk merawat bapak, lewat takdirnya. Allah, menemukanku dengan calon suami yang memenuhi kriteria yang kuharapkan.
Berencana itu perlu. Belajar dan mempersiapkan diri itu, wajib. Namun, apapun hasilnya pasrah itu nomer 1. Kita manusia hanya harus berusaha dan berdoa.
Dari kegabutan setelah resign, blog ini lahir. Sebelumnya, aku sudah pernah memiliki blog. Isinya tentu saja curahan hati yang bikin hati menangis saat dibaca. Bukan menangis karena sedih, tapi malu. Hiks-hiks. Ya, semua pernah alay pada masanya. Ha-ha.
Delapan tahun memiliki blog, tapi hanya gini-gini saja? Hmm, ya sih, ha-ha. Karena tujuanku menulis untuk mengisi waktu luang dan menjadikannya saluran emosi. Di tahun 2022 ini, aku ingin lebih banyak menulis lagi. Tentang apapun. Sebagai pengingat, di masa mendatang kalau aku pernah melewatinya. Dan mungkin anak-anak suatu hari akan menyukai cerita yang aku tuliskan.