“Ayo Ris, tidur. Udah malam. Besok kita habis subuh mau jalan lho,” kata bapak.
“Kemana?” tanyaku. Akupun mengalihkan pandanganku ke bapak.
“Jalan-jalan,” jawab bapak singkat.
“Aha. Pasti besok bapak libur,” batinku.
Akupun beranjak dari ruang tv menuju kamar. Huh, padahal aku masih ingin menonton acara favoritku. Ketoprak Humor. Tapi ajakan bapak lebih membuatku penasaran. Jalan-jalan pasti lebih seru. Kami jarang jalan soalnya. Kerja bapak yang shift-shiftan, membuat kami tak punya waktu khusus untuk jalan. Tapi kalau bapak libur atau kerja sore, sehabis sholat subuh pasti bapak ngajak aku jalan-jalan.
***
“Ris, bangun. Mandi sana. Katanya mau jalan,” kata ibu sambil mencolekku.
Seketika aku langsung loncat dari tempat tidur. Mengambil handuk dan menuju kamar mandi yang ada disamping kamarku.
Bbbrrrrr. Mandi subuh-subuh itu rasanya nano-nano. Akupun langsung bersiap. Kuliat bapak sudah menyalakan vesva kesayangannya.
Langit masih gelap. Matahari belum mau muncul. Entahlah, bapak suka sekali jalan-jalan saat matahari belum muncul. Setelah 10 menit mesin vesva berderu, bapak memberi isyarat untuk segera naik. Aku dan bapak memulai perjalanan kami pagi ini. Hanya aku dan bapak.
“Mau kemana kita pak?” tanyaku.
“Beli nasi kuning di tempat biasa,” jawab bapak.
Nasi kuning favorit bapak, tidak jauh dari rumah kami. Mungkin hanya sekitar 10 menit saja.
Tapi…..
“Lho kok ke arah situ ya. Bukannya belok kanan,” batinku. Tapi aku tak bertanya pada bapak. Aku memilih diam dan menikmati pemandangan saja. Dan benar, perjalanan kali ini seperti yang sebelumnya. Jauuuhhhhhh. Kami melewati bandara, mall, pantai dan hutan, mengelilingi kota Balikpapan. Tanpa percakapan. Kami berdua larut menikmati sejauh mata memandang.
Dari matahari belum terbit sampai sedikit terik, barulah bapak membelokkan vesvanya ke arah warung nasi kuning langganannya. Dua bungkus nasi kuning kami bawa pulang. Untuk dinikmati bersama dengan ibu.
“Kemana aja tadi?” tanya ibu kepadaku saat kami pulang.
“Muter-muter. Jauuuuuh buu. Liat bandara, lewat BC, lewat depan pantai, lewat hutan,” jawabku antusias. “Terus tadi di jalan riska juga liat banyak kakek nenek jalan kaki rame-rame,”
Ibu menoleh ke bapak. “Muter-muter aja,” kata bapak menjawab pertanyaan yang tanpa kata-kata dari ibu.
Tanpa banyak cerita, kami bertiga langsung menikmati nasi kuning bersama-sama sambilmenonton kartun favoritku.
