Roti Canai Bulek Eka

Roti canai. Sudah familiar dengan namanya? Atau masih ada yang belum mengenal roti ini. Menurut Wikipedia roti canai adalah sejenis roti pipih dengan pengaruh India yang dapat ditemukan di beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura. Mungkin, dulu roti ini bisa dinikmati di rumah makan Aceh dan Sumatra Barat di Indonesia. Tapi saat ini, roti canai lebih mudah ditemukan.

Sejak tahun 2000an, roti canai merupakan menu yang aku tunggu-tunggu saat lebaran. Kenapa? Karena selain saat kondangan, roti canai hanya bisa kunikmati saat lebaran. Ibu khusus memesan roti canai sebagai sajiannya. Dan kebetulan, si penjual memang hanya membuat roti canai untuk pesanan khusus saat lebaran atau hajatan. Istimewa sekali kan.

Namun, beberapa tahun belakangan ini roti canai lebih dikenal dan gampang ditemukan. Karena penjualnya kakak ke duaku, mbak ika. Ha-ha. Pengin tinggal order. Bahkan kami sering nyetok di freezer. Tak perlu menunggu hari lebaran untuk menikmatinya.

Saat ini roti canai tak hanya versi original. Dengan aneka topping bisa kita nikmati. Ada coklat, keju, bahkan durian. Roti canai favorit anak-anakku, tentu saja coklat. Saking sukanya, mereka sampai susah untuk berbagi. Padahal, stoknya banyak, penjualnya pun sering menyediakan versi frozennya. Ha-ha

Tapi gara-gara roti canai buatan mbakku, aku malah tidak tertarik dengan roti canai lain. Kalau dulu, rela deh kondangan cuma makan roti canai. Pernah suatu hari, di sebuah resepsi pernikahan, aku tertarik dengan sajian roti canainya. Tidak pakai ragu dan malu, aku ambil dua lembar roti canai beserta kari dagingnya. Namun sayang seribu sayang, roti canainya tidak seperti yang kubayangkan. Rotinya hambar. Begitu pula dengan daging karinya.

Pernah juga, saat aku dan keluarga berkunjung ke rumah paman di Sangatta. Kami dibawakan roti canai dengan aneka rasa oleh kerabat. “Nih rasain buatan sini. Terus bandingin sama punya mbak ika,” katanya. Satu gigitan, dua gigitan kunikmati. Semua rasa yang dibawa, aku cicipi. “Enak kok mbak. Tapiiiii, errrr, aku tetap pilih buatan mbak ika sih,” kataku kemudian nyengir gk enak. “Tuh kan apa kubilang. Aku juga ngerasa gitu kok,” kata si pemberi. Entah memang rasanya atau standar enakku saat ini ada dibuatan mbakku.

Jadilah sejak saat itu, aku tidak mau melirik roti canai lain. Dari pada makan sambil kecewa, lebih baik memilih yang sudah pasti aja kan.  

Tinggalkan komentar