Majalah Bobo

Kapan terakhir kali menghadiahi diri sendiri dengan buku? Saya sendiri lupa. Seingatku, tahun lalu saya hanya membeli 2 buku bacaan untuk diri sendiri. Alasan terbesar membeli kedua buku tersebut adalah karena teman yang menulisnya. Bukan teman dekat dan akrab, tapi aku cukup mengenal. Dan kebetulan, kedua penulisnya cukup menginspirasiku di kehidupan nyata.

Saat mendaftar Kelas Literasi Ibu Profesional, ada pertanyaan apakah memiliki target membaca buku tahun ini. Jujur saja tidak. Sudah sejak 4 tahun ini, buku anak menjadi prioritasku. Karena aku sangat menikmati waktu-waktu membaca nyaring bersama anak-anak.

Aku juga mulai membiasakan diri untuk membaca nyaring di malam hari. Selepas sholat isya, sudah tidak ada waktu untuk menonton. Kalau tidak ingin membaca, anak-anak boleh bermain bebas di kamar. Biasanya, aku akan memberikan mereka kesempatan bermain sebentar. Jika sudah, aku akan membaca untuk diriku sendiri, majalah bobo. Majalah yang sedari kecil menemaniku. Aku sudah berlangganan majalah bobo sejak SD hingga SMA. Sempat terhenti karena merasa sudah dewasa. Tapi ternyata saat bekerja, kantor memberikan penawaran berlangganan majalah dari media lain. Tentu saja, kuambil kesempatan berlangganan beberapa majalah. Salah satunya bobo. Jadilah selama 4,4 tahun bekerja, majalah bobo selalu berada di meje kerjaku. Aku berhenti berlangganan saat resign.

“Masih mau baca majalah bobo?” tanya suami suatu hari, saat aku membacakan cerita untuk Cinta yang berusia 1,5 tahun. Mendapatkan penawaran bagus, tentu tak mau kulewatkan. Akupun mengiyakan. Menurutku, majalah bobo masih memberikan bacaan dan pengetahuan yang diperlukan untuk anak-anak. Bahkan, aku yang dewasa saja, sering terooohhhhh, saat membacanya.

Majalah lain yang aku suka adalah Donal Bebek. Sayang sekali Donal dan keluarganya harus pamit dari dunia anak-anak. Aku berharap, majalah bobo bisa bertahan di era saat ini. Jujur saja, mengenalkan anak pada buku-buku bacaan, tidak semudah dulu. Karena saat ini, bukan hanya anak-anak yang akrab dengan gawai, tapi juga kita orang dewasa. Jika ingin anak menyukai membaca, maka aku harus mencontohkan. Jadi bukan hanya anak-anak yang berjuang, tapi juga aku orangtuanya.

Tinggalkan komentar